Cinta Menuntut Penunggalan Kekasih Tanpa Memadunya Dengan Yang Lain


Dusta orang yang mengaku memiliki dua cinta
laksana kedustaan Al-Manawiyah dalam dasar agama
tidak ada tempat bagi dua kekasih dalam satu hati
satu urusan tidak bisa dituntun dari dua sisi
seperti hati yang tiada mengetahui pencipta,
kecuali satu yang Maha Pengasih atas segalanya
Begitulah hati yang hanya ada satu tiada bertenaga
tak peduli jauh atau dekat dengannya
 begitu pula agama yang hanya ada satu
kufur jika ada yang mengikuti dua agama

Sesuatu yang layak dicintia tak lebih dari satu. Musyahil jika di dalam hati ada dua wujud kekasih, begitu pula bila di luar hatinya ada dua wujud yang berdiri sendiri-sendiri yang setiap wujud tidak membutuhkan yang lain dalam berbagai sisi. Sebagaimana kemustahilan alam yang memiliki dua Rabb yang berdiri sendiri-sendiri. Bukankah wujud yang layakdicintai hanya Allah semata, Yang Maha Benar dan yang tidak membutuhkan selainnya? Sedangkan sesuatu yang dicintai karena untuk Allah, bisabermacam-macam. Cinta hamba kepada sesuatu ini tidak mengganggu cintanya kepada Allah dan tidak menyekutukannya dalam cinta. Rasullullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mencintai istri-istrinya dan yang paling beliau cintai adalah Aisyah Radhiyallahu Anha. Beliau mencintai bapaknya, Abu Bakar dan mencintai Umar bin Al Khaththab. Beliau juga mencintai shahabat-shahabatnya, dan cintanya ini bertingkat tingkat. Namun begitu, semua cintanya ini karena Allah dan semua kekuatan cinta ini kembali kepada-Nya.
Cinta itu ada Tiga Macam :
1. Mencintai Allah
2. Mencintai karena Allah
3. Mencintai bersama Allah
Mencintai Allah merupakan kesempurnaan cinta dan merupakan tuntunan cinta.
Mencintai kekasih mengharuskan untuk mencintai apa yang dicintai kekasih itu dan mencintai apa-apa yang bisa membantu cintanya menghantarkan kepada keridha'annya dan kedekatan dengannya. Bagiamana mungkin orang mu'min tidak mencintai sesuatu yang membantunya mendekatkan keridha'an Rabb, menghantarkan kepada cinta-Nya dan kedekatan kepada-Nya? Inilah mencintai karena Allah.
Sedangkan mencintai bersama Allah adalah cinta ang berbau syirik, seperti cinta orang-orang musyrik kepada sesembahan mereka.
Allah berfirman,
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَندَادً۬ا يُحِبُّونَہُمۡ كَحُبِّ ٱللَّهِ‌ۖ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَشَدُّ حُبًّ۬ا لِّلَّهِ‌ۗ . البَقَرَة : ١٦٥
" Dan, diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah." ( Al Baqarah : 165 )
Asal muasal syirik yang tidak diampuni Allah adalah syirik yang terdapat dalam cinta ini. Orang-orang musyrik tidak menganggap sesembahan dan patung-patung mereka menjadi sekutu bagi Allah dalam penciptaan langit dan bumi, tetapi syirik mereka ini dilihat dari kecintaan terhadap sesembahan itu di samping cinta kepada Allah, sehingga mereka beralih dari cinta ini kepada penuhanan sesembahan itu, seraya berkata, " Ini adalah sesembahan kecil yang mendekatkan kami kepada sesembahan yang yang besar." Tentu saja ada perbedaan antara mencintai Allah sebagai dasar, mencintai karena Allah sebagai ikutan dan mencintai bersama Allah sebagai syirik. Dengan menelusuri topik ini, maka disana ada persimpangan jalan antara ahli tauhid dan ahli syirik.
Allah mempunyai hak untuk dicintai, yang tidak boleh ada sekutu selain-Nya dalam cinta itu. Kezhaliman yang paling zhalim adalah melebihkan cinta itu bukan pada tempatnya dan ada persekutuan antara Allah dan selain Allah di dalamnya. Maka hendaklah orang yang berakal memikirkan masalah ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar