Tampilkan postingan dengan label MUHASABAH DIRI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label MUHASABAH DIRI. Tampilkan semua postingan

carilah hati yg telah melekat mencintai Allah





قَـدْ أَعْطَـاكَ اللَّهُ قَدَمَيْـنِ لِـتَمْشِـيَ, وَ يَدَيْـنِ لِتَمْسَكَ, وَ أُذُنَـيْنِ لِـتَسْمَـعَ, وَ عَيْـنَيْـنِ لِـتَـرَى.. وَ لَكِـنْ، لِمَاذَا أَعْطَـاكَ اللَّهُ قَلْبـاً وَاحِـدًا فَقَــطْ ..؟


Qod a'thoo-ka Allaahu qodamaini li-...tamsyiya, wa yadayni li-tamsaka, wa udzunayni li-tasma'a, wa 'aynayni li-taroo.. Wa laakin, limaadzaa a'thoo-ka Allaahu qolban waahidan faqoth..?

Allah telah memberi anda dua kaki utk berjalan, dua tangan utk memegang, dua telinga utk mendengar, dua mata utk melihat.. Tapi, mengapa Allah memberimu hati hanya satu..?
 

 

Duhai Pemilik jiwa...
Jika harapan ini tak sejalan dalam menemui pintu takdir yang Ia tetapkan..
Jika keindahan dalam pandangan dan keinginan ini tak selaras menuju Takdir yang sesungguhnya..
Maka kuatkanlah hati ini dengan pengharapan sepenuhnya atas RahmatMu yaa Rabb..
Jangan biarkan hati ini dibayangi setitik pun keraguan akan ketetapan-NYA..
Sesungguhnya..tak ada kesalahan dalam sunnat...ullah yang telah di tetapkan
Mampukanlah jiwa ini memahami hikmah dalam pengajaran-Mu..
Mampukanlah jiwa untuk mengutamakan pandanganMu yaa Rabb...

*Sesungguhnya,
Hati yang bersih tempat jatuhnya pandangan Allah.. .
Semoga Allah karuniakan..  hati yang senantiasa Ikhlas & Ridha akan Qodha & Qadhar-NYA  peliharalah Ya Allah  dengan sebaik-baik penjagaan-MU ...*



 

Akhwat melankolis ,...???


... Akhwat Melankolis ?!...

Dingin balutan angin malam...menembus lirih sebuah hati yang terkoyak..
Ketika tersandung mihnahMu..
Tes.. ada bening mengalir tak tertahan...
... Ya Rabb.. Serapuh itukah jiwa ini?..

Wahai Hamillud da'wah!
Masih perlukah akhwat melankolis?!
Sholihat.. Pertahankan Izzahmu...karena kau berbeda..
karena kau bukan 'biasa'..
Anggun, cerdas, dinamis..bersahaja.. Tentara Ar Rahman..
Bangkit dan melesatlah bagai jiwa Khaibar

Duhai, dunia kesedihan..kini kau masa lalu..
Duka fana ini tak berarti
Lihatlah kini ku berkibar, tegar dalam azzam
Ku seka airmata.. Terima kasih telah menguatkan...

~ E R~



KETIKA musim CINTA telah BERLALU



Seorang isteri mengeluh mengapa suaminya sudah semakin jarang mengirim pesanan ringkas berisikan kata-kata cinta, sayang, rindu seperti mula-mula kahwin dahulu. Kalau adapun tidak sehangat dan sekerap dulu. Mungkin hanya sepatah OK, “ya” atau “tidak” sahaja yang tertera di layar telefon bimbit. Apakah dia sudah jemu? Atau cintanya sudah berkurang? Begitulah detik hati si isteri. Kadang-kadang suami sudah semakin mahal dengan senyuman. Kata-katanya boleh dikira. Sudah banyak diam. Pujuk rayu? Ah, jauh sekali.


Untukmu…Yang Dirundung Rindu dan Sendu



Pernikahan seringkali harus ditempuh dalam kurun yang cukup panjang dalam kehidupan seseorang. Pada kasus beberapa orang, ada yang sangat diberi kemudahan oleh Allah dalam menggapainya. Akan tetapi, pada beberapa orang yang lain, dia kerapkali harus jungkir balik menghadapi banyak rintangan dalam menggapai mahligai pernikahan.
Salah satu rintangan yang banyak dihadapi oleh pejuang pernikahan adalah penolakan. Penolakan oleh calon pasangan bisa disebabkan karena faktor ketidakcocokan dari segi agama; rupa; harta; maupun lainnya. Andaikata yang mengalami ujian penolakan ini bersikap “biasa saja”, tentu tidaklah mengapa. Akan tetapi, tidak sedikit juga yang merasa kecewa bahkan hingga mencapai tahap putus asa. Lalu, bagaimanakah solusinya?

ayat ayat CINTA




Begitu divonis bebas, aku dibawa oleh Aisha ke rumah sakit Maadi untuk diperiksa. Penyiksaan dipenjara seringkali menyisakan cidera atau luka. Dokter mengatakan aku harus dirawat di rumah sakit beberapa hari untuk memulihkan kesehatan. Beberapa jari kakiku yang hancur harus ditangani serius. Ada gejala paru-paru basah yang kuderita. Aisha memesankan kamar kelas satu bersebelahan dengan kamar Maria. Teman-teman dari Indonesia banyak yang menjenguk, meskipun mereka sedang menghadapi ujian semester ganjil Al Azhar. Sementara musim dingin semakin menggigit.
Sudah tiga hari, sejak jatuh tak sadarkan diri saat memberikan kesaksian di pengadilan Maria belum juga siuman. Dokter mengatakan ada kelenjar syaraf di kepalanya yang tak kuat menahan emosi yang kuat mendera. Ada pembengkakan serius pada pembuluh darah otaknya karena tekanan darah yang naik drastis. Akibatnya dia koma. Untung pembuluh darah otaknya itu tidak pecah. Kalau pecah maka nyawanya bisa melayang.
Sekarang tidak hanya Madame Nadia dan keluarganya saja yang merasa bertanggung jawab menunggui Maria. Aisha merasa punya panggilan jiwa tak kalah kuatnya. Ia sangat setia menunggui diriku dan menunggui Maria. Ia bahkan sering tidur sambil duduk di samping Maria. Aisha menganggap Maria seperti adiknya sendiri. Beberapa kali aku memaksakan diri untuk bangkit dari tempat tidur dan menemani Aisha menunggui Maria.
Pada hari keempat sejak Maria tak sadarkan diri, tepatnya pada pukul sembilan pagi handphone Aisha berdering. Aisha mengangkatnya. Ia terkejut mendengar suara orang yang menelponnya. “Alicia? Di mana? Oh masya Allah, Subhanallah! Ya..ya…baik. Kalau begitu kau naik metro saja turun di Maadi. Aku jemput di dekat loket tiket sebelah barat. Okey? Wa ‘alaikumussalam wa rahmatullah.”

Aisha lalu tersenyum padaku dan berkata,
“Selamat untukmu Fahri, kau telah mendapatkan kenikmatan yang lebih agung dari terbitnya matahari. Alicia sudah menjadi muslimah sekarang. Apa yang kau lakukan sampai kau akhirnya jatuh sakit itu tidak sia-sia. Jawabanmu itu mampu menjadi jembatan baginya menemukan cahaya Tuhan. Dia ingin menemuimu. Kira-kira pukul setengah sepuluh dia akan sampai di Mahattah Maadi.”
Aku merasakan keagungan Tuhan di seluruh jiwa. Aku merasa Dia tiada pernah meninggalkan diriku dalam segala cuaca dan keadaan.

PadaMu
Kutitipkan secuil asa
Kau berikan selaksa bahagia
PadaMu
Kuharapkan setetes embun cinta
Kau limpahkan samudera cinta

Aisha menengok kamar Maria, tak lama ia kembali lagi dan berkata, “Dia belum juga sadar. Hanya detak jantungnya yang masih terus bekerja dan hembusan nafasnya yang masih mengalir menunjukkan dia masih hidup. Sungguh aku tak tega melihat dia terbaring begitu lemah tiada berdaya. Seringkali ada lelehan air mata di sudut matanya. Entah apa yang dialaminya di alam tak sadarnya.”
Aisha melihat jam. “Sayang, aku keluar sebentar ya menjemput Alicia.”
“Ya, tapi jangan cerita tentang penjara.” Lirihku. Aisha menganggukkan kepalanya lalu beranjak keluar.
Seperempat jam kemudian Aisha datang bersama Alicia. Aku nyaris tidak percaya bahwa sosok yang datang bersamannya adalah Alicia. Sangat kontras dengan penampilannya waktu pertama kali bertemu di dalam metro dulu. Dulu pakaiannya ketat mempertontonkan aurat. Sekarang dia memakai jilbab, pakaiannya sangat anggun dan rapat menutup aurat. Tak jauh berbeda dengan Aisha.
“Aku datang kemari sengaja untuk menemuimu, Fahri. Untuk mengucapkan terima kasih tiada terkira padamu. Karena berjumpa denganmulah aku menemukan kebenaran dan kesejukan yang aku cari-cari selama ini.” Kata Alicia, mata birunya berbinar bahagia. Alicia lalu mengisahkan pergolakan batinnya sampai akhirnya masuk Islam dua bulan yang lalu.

“Selain itu aku membawa ini.” Alicia membuka tas hitamnya yang agak besar. Ia mengeluarkan dua buah buku dan menyerahkan padaku. Aku terkejut membaca tulisan yang ada di sampulnya. Namaku tertulis di sana.
“Jawabanmu tentang masalah perempuan dalam Islam jadi buku itu. Dan terjemahan Maria jadi yang ini. Semuanya diterbitkan oleh Islamic Centre di New York. Tiap buku baru dicetak 25 ribu exemplar. Dr. Salman Abdul Adhim direktur penerbitannya meminta nomor rekeningmu, Maria dan Syaikh Ahmad untuk tranfer honorariumnya. Kau boleh bangga sekarang dua buku itu sedang dicetak lagi karena satu bulan diluncurkan langsung habis.” Cerita yang dibawa Alicia benar-benar menghapus semua duka yang pernah kurasa. Sangat mudah bagi Tuhan untuk menghapus duka dan kesedihan hamba-Nya.

“Kau tidak ingin menemui Maria?” tanyaku.
“Ingin.”
“Aisha, antarkan Alicia melihat Maria.”
Aisha menggamit tangan Alicia ke kamar sebelah di mana Maria terbaring lemah. Aku tidak tahu seperti apa reaksi Alicia bertemu Maria dalam keadaan seperti itu. Sambil berbaring aku memperhatikan dengan seksama dua buku yang diberikan Alicia itu. Buku pertama, Women in Islam. Sebuah buku kecil. Tebalnya cuma 65 halaman. Namaku terpampang sebagai pengarangnya. Aku jadi malu pada diri sendiri, aku hanya menulis ulang dan merapikan pelbagai macam bahan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar perempuan dalam Islam. Bukan menulis suatu yang baru. Di dalamnya kulihat editornya dua orang: Alicia Brown dan Syaikh Ahmad Taqiyuddin. Di halaman terakhir buku itu ada biodataku secara singkat. Lalu buku kedua berjudul, Why Does the West Fear Islam? ditulis Prof Dr. Abdul Wadud Shalabi. Aku dan Maria tercantum sebagai penerjemah. Editornya sama.

Setengah jam kemudian Alicia kembali bersama Aisha.
“Semoga isteri keduamu itu cepat sembuh. Selamat atas pernikahan kalian. Semoga dirahmati Tuhan. Oh ya aku ada pesan dari Dr. Salman Abdul Adhim, kau akan diundang untuk memberikan cemarah di beberapa Islamic Centre di Amerika sekalian mendiskusikan apa yang telah kau tulis. Tiket, surat undangan dan jadwal kegiatannya ada di hotel, tidak terbawa,” kata Alicia.

“Waktunya kapan?” Aisha menanggapi.
“Bulan depan. Selama sepuluh hari.”
“Semoga dia benar-benar sudah sembuh.”
“Semoga.”
Setelah itu Alicia minta diri dan berjanji akan datang lagi keesokan hari untuk menyerahkan tiket dan semua berkas yang akan digunakan untuk mempermudah mengurusi visa masuk ke Amerika.
“Begitu banyak perubahan silih berganti yang kita alami,” kata Aisha setelah Alicia pergi.

* * *
Tengah malam, Aisha membangunkan diriku. Kusibak selimut tebal. Kaca jendela tampak basah. Musim dingin mulai merambat menuju puncaknya. Aisha melindungi tubuhnya dengan sweater. Untung penghangat ruangan kamar kelas satu berfungsi baik. Tapi kaca jendela tetap tampak basah. Berarti di luar sana udara benar-benar dingin. Mungkin telah mencapai 8 derajat. Aku tidak bisa membayangkan seperti apa dinginnya kutub utara yang puluhan derajat di bawah nol. Suasana malam senyap dan beku.
“Fahri, ayo lihatlah Maria, dia mengigau aneh sekali..aku belum pernah melihat orang mengigau seperti itu.” Kata Aisha pelan.
Aku mengikuti ajakan Aisha untuk melihat keadaan Maria. Tak ada siapa- siapa di kamar Maria saat kami masuk. Kecuali Madame Nadia, yang pulas di sofa tak jauh dari ranjang Maria. Ibu kandung Maria itu kelihatannya kelelahan. Kami melangkah pelan mendekati Maria. Dan aku mengenal apa yang diigaukan oleh Maria. Aku pasang telinga lekat-lekat dan memperhatikan dengan seksama. Subhanallah, Maha Suci Allah! Yang terucap lirih dari mulut Maria, tak lain dan tak bukan adalah ayat-ayat suci dalam surat Maryam. Ia memang hafal surat itu. Aku tak kuat menahan haru.
“Sepertinya yang keluar dari bibirnya itu ayat-ayat suci Al-Qur’an? Bagaimana bisa terjadi, Fahri?” Heran Aisha.
“Kita dengarkan saja baik-baik. Nanti aku jelaskan padamu. Banyak hal yang belum kau ketahui tentang Maria.” Jawabku pelan.

Kami pun menyimak igauan Maria baik-baik. Mendengarkan apa yang diucapkan oleh Maria dalam alam tidak sadarnya. Pelan. Urut. Indah dan lancar. Tak ada yang salah. Meskipun tajwidnya masih belum lurus benar. Maria melantunkan ayat-ayat yang mengisahkan penderitaan Maryam setelah melahirkan nabi Isa. Maryam dituduh melakukan perbuatan mungkar. Allah menurunkan mukjizat-Nya, Isa yang masih bayi bisa berbicara.
Fa atat bihi qaumaha tahmiluh,
qaalu yaa Maryamu laqad ji’ta syaian fariyya.
Ya ukhta Haaruna maa kaana abuuki imra ata sauin wa maa kaanat ummuki baghiyya.
Fa asyaarat ilaih, qaalu kaifa nukallimu man kaanat fil mahdi shabiyya.
Qaala inni abdullah aataniyal kitaaba wa ja’alani nabiyya.
Wa ja’alani mubaarakan ainama kuntu
wa aushaani bish shalati waz zakaati maa dumtu hayya.

(Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata, ‘Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar.
Hai saudara perempuan Harun ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina.
Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata, ‘Bagaimana kami akan berbicara pada anak kecil yang masih dalam ayunan?’
Isa berkata, ‘Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab dan dia menjadikan aku seorang nabi.
Dan dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan dia memerintahkan kepadaku mendirikan shalat menunaikah zakat selama aku hidup)115

115 QS. Maryam: 27-31.
Seorang malaikat pun jika mendengar apa yang dilantunkan Maria dalam alam bawah sadarnya itu akan luluh jiwanya, bergetar hatinya, dan meneteskan air mata. Maria sedang mengeluarkan apa yang bercokol kuat dalam memorinya. Dan itu adalah ayat-ayat suci yang menyejukkan. Maria terus melantunkan apa yang dihafalnya ayat demi ayat. Air mataku menetes setetes demi setetes. Cahaya keagungan Tuhan berkilat-kilat dalam diri semakin lama semakin benderang. Bibir Maria terus bergetar. Aku bertanya dalam diri, siapa sebenarnya yang menggerakkan bibirnya? Dia sedang tak sadar apa-apa. Ia sampai pada akhir surat Maryam. Namun bibirnya tidak juga berhenti bergetar, terus melanjutkan surat setelahnya. Surat Thaaha. Subhanallah!
Thaaha.
Maa anzalna ‘alaikal Qur’aana li tasyqa
Illa tadzkiratan liman yakhsya

(Thaaha.
Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu
agar kamu jadi susah
Tetapi sebagai tadzkirah
bagi orang yang takut kepada Allah)116

Aku jadi tidak mengerti sebenarnya berapa surat. Berapa juz yang telah dihafal Maria. Dulu saat pertama kali dia menyapa di dalam metro dia mengatakan hanya hafal surat Al Maidah dan Maryam saja. Sekarang dia membaca surat Thaaha. Aku benar-benar terkesima dibuatnya. Masih banyak rahasia dalam dirinya yang tidak aku ketahui. Aku jadi tidak tahu pasti keyakinan dalam hatinya. Dengan air mata terus mengalir di sudut matanya yang terpejam ia melantunkan ayat-ayat suci itu seperti sedang asyik bernyanyi dalam mimpi. Malam yang dingin terasa hangat oleh aura getar bibir Maria. Ia mengajak pendengarnya berada di Mesir pada masa nabi Musa melawan Fir’aun. Ia terus bernyanyi, seperti bidadari menyanyikan lagu surga.
Innama ilaahukumullah al ladzi laa ilaha illa huwa
wasia kulla syai in ilma
Kadzalika naqushu ‘alaika anbai ma sabaq
wa qad aatainaaka min ladunna dzikra

(Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah, yang tiada tuhan selain Dia, pengetahuannya meliputi segala sesuatu.
Demikianlah kami kisahkan kepadamu sebagian kisah umat yang telah lalu,
dan sesungguhnya telah kami berikan kepadamu dari sisi Kami suatu peringatan)117

116 QS. Thaaha: 1-3.
117 QS. Thaaha: 98-99

Sampai ayat ini bibir Maria berhenti bergetar. Lelehan air matanya semakin deras. Namun ia tidak juga membuka mata. Entah apa yang ia rasa. Aku hanya bisa ikut melelehkan air mata. Berdoa. Dan memegang erat tangannya. Sesaat lamanya keheningan tercipta. Tiba-tiba bibirnya bergerak dan mendendangkan zikir dengan nada aneh:
Allah. Allah. Allah.
Aku ingin Allah.
Allah. Allah. Allah.
Aku rindu Allah.
Allah. Allah. Allah.
Aku cinta Allah.
Allah. Allah. Allah
Allah.
Allah.
Allah.
Allah.
Allah.
Allah. Allah. Allah.
CahayaMu Allah.
Allah. Allah. Allah.
SenyumMu Allah.
Allah. Allah. Allah.
BelaianMu Allah.
Allah. Allah. Allah.
CiumanMu Allah.
Allah. Allah. Allah.
CintaMu Allah.
Allah.
Surgamu Allah.
Allah.
Surgamu Allah.
Allah.
Surgamu Allah. Surgamu
Allah.
Surgamu Allah.
Surgamu Allah.
Allah. Allah.Allah.
Allah.
Allah.
Allah.

Semakin lama volume suaranya semakin mengecil. Lalu hilang. Hatiku berdesir ketika melihat bulu matanya yang lentik bergerak-gerak. Perlahan ia mengerjap. Allah. Allah. Allah. Sembari bibirnya berzikir matanya tampak mulai terbuka perlahan. Dan akhirnya benar-benar terbuka. Subhanallah!
“Maria!” sapaku pelan.
“Fa..Fahri?” suaranya sangat lirih nyaris tiada terdengar.
“Ya. Apa yang kau rasakan sekarang, Sayang? Apanya yang sakit?”
“Tolonglah aku? Aku sedih sekali.”
“Kenapa sedih?”
“Aku sedih tak diizinkan masuk surga!”
Jawaban Maria membuat aku dan Aisha kaget bukan main. Dari mana dia tiba-tiba dapat kekuatan untuk berkata sejelas itu? Apakah dia akan mati? Tanyaku dalam hati. Dan cepat-cepat aku membuang pertanyaan tidak baik itu. Tapi kenapa dia berulang-ulang menyebut-nyebut surga.

“Aku telah sampai di depan pintu surga, tetapi aku tidak boleh masuk!” ulangnya.
“Kenapa?”
“Katanya aku tidak termasuk golongan mereka. Pintu-pintu itu tertutup bagiku. Aku terlunta-lunta. Aku menangis sejadi-jadinya.”
“Aku sungguh tak mengerti dengan apa yang kau alami, Maria. Tapi bagaimana mulanya kau bisa sampai di sana?”
“Aku tidak tahu awal mulanya bagaimana. Tiba-tiba saja aku berada dalam alam yang tidak pernah kulihat sebelumnya. Dari kejauhan aku melihat istana megah hijau bersinar-sinar. Aku datang ke sana. Aku belum pernah melihat bangunan istana yang luasnya tiada terkira, dan indahnya tiada pernah terpikir dalam benak manusia. Luar biasa indahnya. Ia memiliki banyak pintu. Dari jarak sangat jauh aku telah mencium wanginya. Aku melihat banyak sekali manusia berpakaian indah satu persatu masuk ke dalamnya lewat sebuah pintu yang tiada terbayangkan indahnya. Kepada mereka aku bertanya, “Istana yang luar biasa indahnya ini apa?” Mereka menjawab, “Ini surga!” Hatiku bergetar. Dari pintu yang terbuka itu aku bisa sedikit melihat apa yang ada di dalamnya. Sangat menakjubkan. Tak ada kata-kata yang bisa menggambarkan. Tak ada pikiran yang mampu melukiskan. Aku sangat tertarik maka aku ikut barisan orang-orang yang satu persatu masuk ke dalamnya. Ketika kaki mau melangkah masuk seorang penjaga dengan senyum yang menawan berkata padaku, “Maaf, Anda tidak boleh lewat pintu ini. Ini namanya Babur Rayyan. Pintu khusus untuk orang-orang yang berpuasa.118 Anda tidak termasuk golongan mereka!”

118 Imam Syamsuddin Al-Qurthubi (w. 671 H.) dalam kitabnya At Tadzkirah banyak menjelaskan tentang deskripsi surga sesuai dengan yang dijelaskan dalam hadits-hadits nabi, termasuk jumlah pintu surga dan nama-namanya.
Aku sangat kecewa. Aku lalu berjalan ke sisi lain. Di sana ada pintu yang juga sedang penuh dimasuki anak manusia berpakaian indah. Aku mau ikut masuk. Seorang penjaga yang ramah berkata, “Maaf, Anda tidak boleh lewat pintu ini. Ini Babush Shalat. Pintu khusus untuk orang-orang shalat. Dan Anda tidak termasuk golongan mereka!” Aku sangat sedih. Hatiku kecewa luar biasa. Aku melihat di kejauhan masih ada pintu. Aku berjalan ke sana dengan harapan bisa masuk lewat pintu itu. Namun ketika hendak masuk seorang penjaga yang wajahnya bercahaya berkata, “Maaf, Anda tidak boleh masuk lewat sini. Ini Babuz Zakat. Pintu khusus untuk orang-orang yang menunaikan zakat. Ada banyak pintu. Dan setiap kali aku hendak masuk selalu dicegah penjaganya. Sampai di pintu terakhir namanya Babut Taubah. Aku juga tidak boleh masuk. Karena itu khusus untuk orang-orang yang taubatnya diterima Allah. Dan aku tidak termasuk mereka. Aku kembali ke pintu-pintu sebelumnya. Semuanya tertutup rapat. Orang-orang sudah masuk semua. Hanya aku sendirian di luar. Aku menggedor-gedor pintu bernama Babur Rahmah. Tak ada yang membuka. Aku hanya mendengar suara, “Jika kau memang penghuni surga kau tidak perlu mengetuknya karena kau pasti punya kuncinya. Bukalah pintu-pintu itu dengan kunci surga yang kau miliki!” Aku menangis sejadi- jadinya. Aku tidak memiliki kuncinya. Aku berjalan dari pintu satu ke pintu yang lain dengan air mata menetes di sepanjang jalan. Aku putus asa. Aku tergugu di depan Babur Rahmah. Aku mengharu biru pada Tuhan. Aku ingin menarik belas kasihNya dengan membaca ayat-ayat sucinya. Yang kuhafal adalah surat Maryam yang tertera di dalam Al-Qur’an. Dengan mengharu biru aku membacanya penuh penghayatan. Selesai membaca surat Maryam aku lanjutkan surat Thaha. Sampai ayat sembilan puluh sembilan aku berhenti karena Babur Rahmah terbuka perlahan. Seorang perempuan yang luar biasa anggun dan sucinya keluar mendekatiku dan berkata,
“Aku Maryam. Yang baru saja kau sebut dalam ayat-ayat suci yang kau baca. Aku diutus oleh Allah untuk menemuimu. Dia mendengar haru biru tangismu. Apa maumu?”

“Aku ingin masuk surga. Bolehkah?”
“Boleh. Surga memang diperuntukkan bagi semua hamba-Nya. Tapi kau harus tahu kuncinya?”

“Apa itu kuncinya?”
“Nabi pilihan Muhammad telah mengajarkannya berulang-ulang. Apakah kau tidak mengetahuinya?”

“Aku tidak mengikuti ajarannya.”
“Itulah salahmu.”
“Kau tidak akan mendapatkan kunci itu selama kau tidak mau tunduk penuh ikhlas mengikuti ajaran Nabi yang paling dikasihi Allah ini. Aku sebenarnya datang untuk memberitahukan kepadamu kunci masuk surga. Tapi karena kau sudah menjaga jarak dengan Muhammad maka aku tidak diperkenankan untuk memberitahukan padamu.”
Bunda Maryam lalu membalikkan badan dan hendak pergi. Aku langsung menubruknya dan bersimpuh dikakinya. Aku menangis tersedu-sedu. Memohon agar diberitahu kunci surga itu. “Aku hidup untuk mencari kerelaan Tuhan. Aku ingin masuk surga hidup bersama orang-orang yang beruntung. Aku akan melakukan apa saja, asal masuk surga. Bunda Maryam tolonglah berilah aku kunci itu. Aku tidak mau merugi selama-lamanya.” Aku terus menangis sambil menyebut-nyebut nama Allah. Akhirnya hati Bunda Maryam luluh. Dia duduk dan mengelus kepalaku dengan penuh kasih sayang,
“Maria dengarkan baik-baik! Nabi Muhammad Saw. telah mengajarkan kunci masuk surga. Dia bersabda, ‘Barangsiapa berwudhu dengan baik, kemudian mengucapkan: Asyhadu an laa ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa rasuluh (Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya) maka akan dibukakan delapan pintu surga untuknya dan dia boleh masuk yang mana ia suka!’ 119

119 Hadits riwayat Imam Muslim.
Jika kau ingin masuk surga lakukanlah apa yang diajarkan olah Nabi pilihan Allah itu. Dia nabi yang tidak pernah bohong, dia nabi yang semua ucapannya benar. Itulah kunci surga! Dan ingat Maria, kau harus melakukannya dengan penuh keimanan dalam hati, bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah. Tanpa keimanan itu, yang kau lakukan sia-sia. Sekarang pergilah untuk berwudhu. Dan cepat kembali kemari, aku akan menunggumu di sini. Kita nanti masuk bersama. Aku akan membawamu ke surga Firdaus!”
Setelah mendengar nasihat dari Bunda Maryam, aku lalu pergi mencari air untuk wudhu. Aku berjalan ke sana kemari namun tidak juga menemukan air. Aku terus menyebut nama Allah. Akhirnya aku terbangun dengan hati sedih. Aku ingin masuk surga. Aku ingin masuk surga. Aku ingin ke sana, Bunda Maryam menungguku di Babur Rahmah. Itulah kejadian atau mimpi yang aku alami. Oh Fahri suamiku, maukah kau menolongku?”

“Apa yang bisa aku lakukan untukmu, Maria?”
“Bantulah aku berwudhu. Aku masih mencium bau surga. Wanginya merasuk ke dalam sukma. Aku ingin masuk ke dalamnya. Di sana aku berjanji akan mempersiapkan segalanya dan menunggumu untuk bercinta. Memadu kasih dalam cahaya kesucian dan kerelaan Tuhan selama-lamanya. Suamiku, bantu aku berwudhu sekarang juga!”
Aku menuruti keinginan Maria. Dengan sekuat tenaga aku membopong Maria yang kurus kering ke kamar mandi. Aisha membantu membawakan tiang infus. Dengan tetap kubopong, Maria diwudhui oleh Aisha. Setelah selesai, Maria kembali kubaringkan di atas kasur seperti semula. Dia menatapku dengan sorot mata bercahaya. Bibirnya tersenyum lebih indah dari biasahnya. Lalu dengan suara lirih yang keluar dari relung jiwa ia berkata:

Asyhadu an laa ilaaha illallah
wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa rasuluh!

Ia tetap tersenyum. Menatapku tiada berkedip. Perlahan pandangan matanya meredup. Tak lama kemudian kedua matanya yang bening itu tertutup rapat. Kuperiksa nafasnya telah tiada. Nadinya tiada lagi denyutnya. Dan jantungnya telah berhenti berdetak. Aku tak kuasa menahan derasnya lelehan air mata. Aisha juga. Inna lillahi wa inna ilaihi raajiun!
Maria menghadap Tuhan dengan menyungging senyum di bibir. Wajahnya bersih seakan diselimuti cahaya. Kata-kata yang tadi diucapkannya dengan bibir bergetar itu kembali terngiang-ngiang ditelinga:
“Aku masih mencium bau surga. Wanginya merasuk ke dalam sukma. Aku ingin masuk ke dalamnya. Di sana aku berjanji akan mempersiapkan segalanya dan menunggumu untuk bercinta. Memadu kasih dalam cahaya kesucian dan kerelaan Tuhan selama-lamanya.”
Sambil terisak Aisha melantunkan ayat:
Yaa ayyatuhan nafsul muthmainnah
irji’ii ilaa Rabbiki
raadhiyatan mardhiyyah
Fadkhulii fii ‘ibaadii
wadkhulii jannatii

(Hai jiwa yang tenang
Kembalilah kamu kepada Tuhanmu
dengan hati puas lagi diridhai
Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu
Maka masuklah ke dalam surga-Ku.)120

120 QS. Al-Fajr: 27-30
Saat itu Madame Nahed, terbangun dari tidurnya dan bertanya sambil mengucek kedua matanya, “Kenapa kalian menangis?”
Kaca jendela mengembun. Musim dingin sedang menuju puncaknya.
O, apakah di surga sana ada musim dingin? Ataukah malah musim semi selamanya? Ataukah musim-musim di sana tidak seperti musim yang ada di dunia?

Selesai, Rabu 8 Oktober 2003
Pukul 01: 03 dini hari. Bangetayu Wetan, Semarang
Habiburrahman Saerozi

CINTA dirumah HASAN AL BANA


Cinta di Rumah Hasan Al-Banna Judul Resensi : Hasan Al Banna, Bukan Sembarang Ayah! Judul Buku : Cinta di Rumah Hasan Al Banna Penulis : Muhammad Lili Nur Aulia Penerbit : Pustaka Da’watuna Terbit : Juni 2009 (cetakan keempat) Tebal : 92 halaman Harga : Rp 25.000,00

Telah banyak buku yang mengupas Imam Hasan Al Banna dan keberhasilannya membangun pondasi gerakan dakwah Al Ikhwan Al Muslimin yang mengilhami geliat kebangkitan Islam di seluruh dunia. Namun, sedikit sekali referensi yang membicarakan dakwah Al Banna sebagai ayah dalam keluarganya. Nah, buku ini mencoba menghadirkan berbagai pengalaman dan kenangan anak-anak Al Banna saat ayah mereka hidup di tengah aktivitas dakwahnya yang padat. Buku ini mencoba 'mengintip' dakwah Al Banna kepada keluarganya.
Buku kecil ini bisa disebut buku saku karena kesederhanannya, menurut saya buku ini adalah buku yang sangat berbobot. Setidaknya untuk setiap pribadi yang masih dalam rencana untuk membangun keluarga dakwah (seperti saya). Secara garis besar, sebenarnya pesan global dari buku ini adalah untuk membuat sebuah pilar yang kuat dari fase bina ul-ummat, yaitu takwiinu baytul muslim, dengan sangat baik, mulai dari rencana pemilihan calon ibu/ayah untuk anak-anaknya kelak hingga saat pembinaan keluarga itu sendiri.
Buku ini dimulai dengan kisah like father like son, sebuah kisah yang menggambarkan kesholehan putra seorang Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Dilanjutkan dengan kisah dari proses pencarian istri Hasan Al-Banna. Bermula dari ketertarikan Sang Ibunda pada kelembutan suara Al-Qur’an seorang gadis pada saat beliau bersilaturahim di sebuah rumah, lalu Ibunda Hasan Al-Banna bercerita dengan anaknya. Akhirnya, berlanjutlah ke proses pernikahan.
Selanjutnya, buku ini membahas tentang bagaimana seorang muassis gerakan Ikhwanul Muslimin, dalam tingkat kesibukan yang amat sangat, tetap melaksanakan hak dan kewajiban keluarganya. Dikisahkan pula tentang seorang suami yang sangat menyayangi dan menghormati istrinya. Digambarkan bagaimana Hasan Al-Banna dengan penuh kasih sayang mendidik anak-anaknya, memberikan pemahaman tanpa kekerasan, membuat anak-anaknya cinta dengan Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan,dll
Kesan mendalam bagi saya dari buku ini adalah bagaimana Hasan Al-Banna, menanamkan nilai-nilai kesederhanaan, keikhlasan dan pengorbanan dalam keluarganya, sehingga istrinya dengan hati yang senang dan rela menyumbangkan banyak perabotan rumahnya untuk markas dakwah Ikhwanul Muslimin, sehingga dengan ikhlas dan rela, anak-anaknya menjadi orang-orang yang paling dahulu sadar dan memperjuangkan kondisi umat Islam di Palestina dan Mesir, sehingga dengan lapang, sang istri menerima jawaban sang suami saat ia memintanya membeli sebuah rumah kecil ”Wahai Ummu Wafa, sesungguhnya istana kita sedang menunggu kita di surga-Nya….”. Alangkah indahnya, sehingga dengan ikhlas dan ridha, keluarganya melepas kepergian suami dan ayah mereka, dalam kesyahidan di jalan Allah.
Saya juga terinspirasi dengan kebiasaan keluarga yang dicontohkan Hasan Al-Banna. Semisal, makan pagi bersama tiap pagi, membaca Al-Qur’an bersama-sama setiap ba’da magrib, dan pergi ke toko buku tiap bulan untuk membeli buku-buku yang bermanfaat. Buku ini mengisahkan bagaimana Hasan Al Banna dalam menanamkan keimanan dan kecintaan terhadap Islam, bagaimana sikapnya terhadap kekeliruan-kekeliruan yang dilakukan anaknya, bagaimana bentuk perhatiannya terhadap pendidikan, kebiasaan beliau mendokumentasikan perkembangan dan riwayat sakit yang pernah dialami masing-masing anak, lengkap dengan catatan kapan saja si anak sakit, sakit apa, obat apa yang pernah diberi, berikut rekomendasi dan resep-resep dokter. Pendeknya sampai hal terkecil pun didokumentasikan secara detail dan rapi. Hal ini saya kira bukan pekerjaan mudah yang tidak menyita waktu, apalagi di tengah aktivitas dakwahnya yang demikian padat. Dari sini kita diyakinkan bahwa tidak ada dikotomi antara keluarga dan dakwah. Pun tidak akan ada pertanyaan: "Mana yang lebih penting, dakwah untuk ummat atau membina keluarga?"
Memang perilaku Hasan Al Banna dalam mendidik anak-anaknya belum tentu mencerminkan sesuatu yang ideal. Semua yang ideal tetap milik Rasulullah SAW sebagaimana ucapan beliau, "Wa anaa khairukum li ahlii..." (Aku adalah orang yang paling baik di antara kalian kepada keluarga). Tapi, apa yang dilakukan Hasan Al Banna seperti yang tertera di buku ini, merupakan contoh lahir yang bisa menjadi inspirasi kebaikan bagi kita semua.
Bagi sahabat, para abi/calon abi sekalian, atau para ikhwah calon arsitek pembangun rumah tangga dakwah, buku ini cocok buat dibaca, karena di dalamnya tertuang banyak contoh nyata dari seorang para pejuang dakwah dalam memposisikan diri secara lebih tepat saat mengemban amanah, baik dalam keluarga maupun dakwah.
Selamat membaca, merenungkan, dan mempraktikkannya!

inilah cara ku MENCINTAI mu

 
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ .
.. dengan tak menghubungimu, tak juga mengirim pesan untuk menanyakan kabarmu, dan bahkan sekedar chatting untuk menyapamu, aku mencintaimu dengan menjauh darimu, bukan karena aku me...mbencimu, namun karena aku ingin menjagamu dan menjaga diriku sendiri dari khalwat yang menjebak, aku mencintaimu dengan menjaga diriku dan dirimu, menjaga kesucianku dan kesucianmu, menjaga kehormatanku dan kehormatanmu, menjaga kebeningan hatiku dan hatimu, ya...... Beginilah caraku mencintaimu, mencintaimu dalam diamku, karena diamku adalah bukti cintaku padamu.. dan sekarang, keadaan menegurku, sehingga dapat membantu menyadarkanku dari kesalahan yang telah aku perbuat, meskipun pesonamu terhadapku belum pulih, belum pulih.. aku tak bisa memungkiri, bahwa setiap manusia pasti akan merasakan fitrahnya, termasuk permasalahan ketertarikannya terhadap lawan jenis, maka jika harus demikian, untuk apa jika hati ini aku tambatkan kepada siapa yang bukan orangnya nanti, jika memang hati ini sangat peka terhadap pengaruh diri yang memilikinya ketika hati ini salah dalam pengelolaanya, oleh karenanya... jika aku harus mencintai lawan jenis adalah fitrahku sebagai manusia, maka aku akan mencoba untuk mencintai siapa yang akan menikah denganku nanti, walaupun aku belum pernah bertemu dengannya, lantaran pasti Allah akan mempertemukanku dengannya, sehingga usahaku yang sia-sia akan cenderung berkurang di dalam lingkup fitrahku, Insya Allah..... Kalau saja Allah menjadikan aku menikah dengan seorang pria yang ditakdirkan Allah kepadaku, maka untuk apa aku berharap dan menghabiskan waktuku kepada yang lainnya, yang belum tentu akan menjadi isumiku  kelak, sedangkan hati ini mudah terdominasi dengan sesuatu hal yang lain, Dan rasa ketertarikanku cukuplah akan aku tumpahkan kepada suami ku kelak.. Yaa Allah, sucikanlah hatiku hanya untuk siapa yang pantas menempatinya dengan keridhoanMu, cukup dia sajalah yang aku cintai karena aku tidak menginginkan keburukan ketika aku berbuat salah terhadap hatiku,





 ღღ ANA UHIBUKKA LADZI AHBABTANI LAHUUღღ (¯`v´¯)SALAM SANTUN UKHUWAH.(¯`v´¯) `·.¸.·`(´'`v´'`) ♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥(´'`v´'`)`·.¸.·` Semoga bermanfaat InsyaAllah

~** KEKUATAN CINTA **~



 


Ukuran integritas cinta adalah ketika ia bersemi dalam hati…terkembang dalam kata… terurai dalam perbuatan…
Kalau hanya berhenti dalam hati, itu cinta yang lemah dan tidak berdaya. Kalau hanya berhenti dalam kata, itu cinta yang disertai dengan kepalsuan dan tidak nyata…
Kalau cinta sudah terurai jadi perbuatan, cinta itu sempurna seperti pohon; akarnya terhunjam dalam hati, batangnya tegak dalam kata, buahnya menjumbai dalam perbuatan. Persis seperti Iman, terpatri dalam hati, terucap dalam lisan, dan dibuktikan oleh amal.
Semakin dalam kita merenungi makna cinta, semakin kita temukan fakta besar ini, bahwa cinta hanya kuat ketika ia datang dari pribadi yang kuat, bahwa integritas cinta hanya mungkin lahir dari pribadi yang juga punya integritas. Karena cinta adalah keinginan baik kepada orang yang kita cintai yang harus menampak setiap saat sepanjang kebersamaan….


~** takdir CINTA **~


Ternyata senyuman dapat menjadikan seseorang terbuka hatinya.
Cinta mungkin tidak akan berlangsung selamanya, tapi ia akan bertahan.
Bertahan begitu lama dan kuat, hingga kita tahu bahwa dia mengkhianati cinta kita.
Banyak kepedihan yang tersimpan dalam kisah kisah cinta sejati.
Cinta menimbulkan kepedihan.
Cinta menyembuhkan kepedihan.
Dan, cinta itu adalah kepedihan. Di mana ada cinta, maka kepedihan tak pernah jauh darinya.
Cinta akan memenuhi hati kita, menghancurkan hati kita, dan menyembuhkan hati kita yang terluka.
Kisah cinta tidak ada akhir yang membahagiakan, sebab cepat atau lambat cinta itu tetap abadi hingga salah satu pihak akan berpulang lebih dulu, meninggalkan orang lainnya dalam kepedihan dan duka cita.
Cinta itu buta dan cinta dapat membukakan mata. Cinta tak pernah merupakan akhir, namun selalu ada kelanjutannya, atau harapan bagi yang menjalaninya.
Setiap kisah cinta tak akan pernah berakhir bahagia, cepat atau lambat.
Kalau kau memusatkan perhatian untuk memberikan cinta, tugasmu akan terasa lebih kecil namun hasilnya besar.
Kalau kau memusatkan perhatian untuk mendapatkan cinta, tugasmu akan terasa lebih besar namun hasilnya kecil.
Kita akan tetap saling mencintai apabila kita dapat menerima setiap perubahan.
Hal yang tersedih adalah apabila orang yang mendatangi kita pergi berjalan menjauh, dan perasaan kita bertambah sedih seiring banyaknya langkah kaki saat ia meninggalkan kita.
Hanya seorang pecundang yang tidak berani mengungkapkan perasaan cintanya kepada orang yang dicintai. Mengingat cinta dimasa lalu hanya menambah kita menderita kepedihan hati, dan akan berhenti hingga kita berhenti mengingat masa lalu menjadikannya pengalaman berharga, dan menemukan cinta sejati.
Aku adalah seorang yang telah kehilangan sinarnya, kini hatiku gelap tapi aku terus berusaha mencari sinar yang akan menerangi hatiku kembali.
Aku hanya duduk termenung menanyakan kedalam hati tentang sinar yang datang dan menerangi hatiku walaupun samar-samar.
Terkadang…Akrab lebih baik Dari pada Cinta…
Diam lebih baik Dari pada bicara…& Senyum lebih baik Dari pada tertawa…
Yang berlalu biarlah berlalu, karena bagaimanapun semua telah berakhir. Biarkan semuanya tenggelam bersama matahari.
Tidak usah menangisi kepergiannya. Dia tidak akan melihatku berdiri tertegun melihatmu, sekalipun hanya sedetik, karena engkau telah pergi meninggalkanku dan tidak akan kembali kepadaku selamanya.
Allah tidak akan mengambil sesuatupun dari mahluknya, kecuali Dia akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik. Kau akan melihat sendiri keceriaan wajahnya jika kau bertemu dengannya seolah kau memberikan kepadanya sesuatu yang kau sendiri memerlukannya.
Cintailah sesuatu yang kamu cintai sekadarnya saja, karena bisa jadi suatu saat nanti ia akan menjadi sesuatu yang kamu benci; Dan bencilah sesuatu yang kamu benci sekadarnya saja, karena bisa jadi pada suatu saat nanti ia akan menjadi sesuatu yang kamu cintai.
Tidak ada satu tarikan napaspun yang kau hembuskan, melainkan ada takdir yang dijalankan-Nya pada dirimu. Karena itu, tunduklah pada-Nya dalam setiap keadaan. Semua pasti sudah direncanakan oleh-Nya.
Semoga semua ini membawa kebaikan untuk kita semua. Masa lalu dapat kita gantungkan sebagai pajangan, tapi tidak perlu diacuhkan.Kita harus mengurung, melupakan, mengikatnya dengan tali yang kuat agar tidak dapat.
keluar berlari melihat cahaya. Kita takkan bisa berlari dari kenyataan bahwa kita manusia tempatnya salah dan lupa. Setiap manusia pasti punya kesalahan dan sakit hati tapi hanya yang pemberani dan berjiwa pengasih yang berani mengakui dan memaafkan.
Cinta adalah 3/4 mimpi mimpi dan 1/4 kenyataan. Mulai timbul masalah kalau kau jatuh cinta pada mimpi mimpi itu, bukan pada kenyataanya. Tapi kau akan menemukan cinta sejati kalau kau jatuh cinta pada keduanya.


~** seorang perindu ,...**~



Terdapat kamar rahasia menyimpan kisah CINTA seorang perindu.....
 Digenggaman tangannya ada ukiran nama yang dibawa kemana mana.....
Di ranjang ada berserakan kertas putih, tinta, pena emas dan puisi yang masih belum siap.....
Bukan kamar diraja yang rapi indah milik seorang puteri.....
Tapi kamar yang berserakan CINTA abadi.....
Kamar yang mengisi jutaan ayat ayat CINTA.....
ketika CINTA mulai bertasbih.....


 dalam duka..
kita berguru pada hujan..
yang terus menyiram.. arang hitam.. dengan kesabaran.. siang malam..
kuncup-kuncup pun bermekaran.. meneguhkan harapan-harapan.."


"Tuhan mabukkanlah aku..
Dengan anggur cinta-Mu..
Rantai kaki erat-erat.. Dengan belenggu penghambaan..
Kuraslah seluruh isi diriku.. Kecuali cinta-Mu..
Lalu recai daku..
Hidupkan lagi diriku..
Laparku yang maha pada-Mu..
Telah membuatku.. Berlimpah karunia.."

Tuhan ku, hati ini telah begitu rindu....
bila bila masa kan tiba jua
kembali ku dalam rengkuhan kasih-MU

                         >>>  yang merindu setitis kasih-MU


~** CINTA TERINDAH **~

Oleh M. R. Bawa Muhaiyaddeen
 
Anakku, begitu sering kau bicara tentang cinta. Cinta kepada istri, cinta kepada anak, cinta kepada agama, cinta kepada bangsa, cinta kepada filosofi, cinta kepada rumah, cinta kepada kebenaran, cinta kepada Tuhan. Apakah isi, atau esensi, dari cintamu itu? Kau bilang itu cinta suci, cinta sejati, cinta yang keluar dari lubuk hati yang paling dalam, cinta sepenuh hati, cinta pertama… Apakah benar begitu, anakku?
“ANAKKU, mari kita bicara tentang cinta. Cinta apa yang kau miliki?” Merasa diri ini memang belum paham apa makna cinta yang sebenarnya, maka aku dengarkan baik-baik setiap hikmah yang menyemburat seperti cahaya.
Anakku, kamu harus membuka hatimu lebar-lebar agar bisa menangkap esensi cinta yang akan aku sampaikan. Simpan pertanyaanmu untuk nanti, karena setiap pertanyaan itu terlahir dari akal. Seperti langit, akal melayang tinggi di atas bumi tempatmu berpijak. Dan kau pun akan jauh dari hati pijakanmu, satu-satunya titik yang mampu menangkap esensi cinta.
Lihat batang bunga mawar itu. Dia punya potensi untuk mempersembahkan bunga merah dan harum yang semerbak. Namun jika batang itu tak pernah ditanam, tak akan pernah mawar itu menghiasi kebunmu. Maka, hanya dengan membuka diri untuk tumbuhnya akar dan daun lah, batang mawar itu akan melahirkan bunga mawar yang harum. Demikian juga dengan hatimu, anakku. Kau harus membukanya, agar potensi cinta yang terkandung di dalamnya bisa merekah, lalu menyinari dunia sekitarmu dengan kedamaian.
Anakku, begitu sering kau bicara tentang cinta. Cinta kepada istri, cinta kepada anak, cinta kepada agama, cinta kepada bangsa, cinta kepada filosofi, cinta kepada rumah, cinta kepada kebenaran, cinta kepada Tuhan. Apakah isi, atau esensi, dari cintamu itu? Kau bilang itu cinta suci, cinta sejati, cinta yang keluar dari lubuk hati yang paling dalam, cinta sepenuh hati, cinta pertama… Apakah benar begitu, anakku?
: : : : : : : :
Mungkin di desamu kau punya seekor kuda. Begitu sayangnya kau pada kuda itu. Setiap hari kau beri makan, minum, kau rawat bulunya, kau bersihkan, kau ajak jalan-jalan. Seolah kuda itu telah menjadi bagian dari hidupmu, seperti saudaramu. Kau mencintai kuda itu sepenuh hati. Namun, suatu ketika datang orang yang ingin membelinya dengan harga yang fantastis. Hatimu goyah, dan kau pun menjualnya. Cintamu tidak sepenuh hati, karena kau rela menjual cinta. Kau mencintai kuda, karena kegagahannya membuatmu bangga dan selalu senang ketika menungganginya. Namun, ketika datang harta yang lebih memberikan kesenangan, kau berpaling. Kau cinta karena kau mengharapkan sesuatu dari yang kau cintai. Kau cinta kudamu, karena mengharapkan kegagahan. Cintamu berpaling kepada harta, karena kau mengharapkan kekayaan. Ketika keadaan berubah, berubah pula cintamu.
Kau sudah punya istri. Begitu besar cintamu kepadanya. Bahkan kau bilang, dia adalah pasangan sayapmu. Tak mampu kau terbang jika pasangan sayapmu sakit. Cintamu cinta sejati, sehidup semati. Namun, ketika kekasihmu sedang tak enak hati yang keseratus kali, kau enggan menghiburnya, kau biarkan dia dengan nestapanya karena sudah biasa. Ketika dia sakit yang ke lima puluh kali, perhatianmu pun berkurang, tidak seperti ketika pertama kali kau bersamanya. Ketika dia berbuat salah yang ke sepuluh kali, kau pun menjadi mudah marah dan kesal. Tidak seperti pertama kali kau melihatnya, kau begitu pemaaf. Dan kelak ketika dia sudah keriput kulitnya, akan kan kau cari pengganti dengan alasan dia tak mampu mendukung perjuanganmu lagi? Kalau begitu, maka cintamu cinta berpengharapan. Kau mencintainya, karena dia memberi kebahagiaan kepadamu. Kau mencintainya, karena dia mampu mendukungmu. Ketika semua berubah, berubah pula cintamu.
Kau punya sahabat. Begitu sayangnya kau kepadanya. Sejak kecil kau bermain bersamanya, dan hingga dewasa kau dan dia masih saling membantu, melebihi saudara. Kau pun menyatakan bahwa dia sahabat sejatimu. Begitu besar sayangmu kepadanya, tak bisa digantikan oleh harta. Namun suatu ketika dia mengambil jalan hidup yang berbeda dengan keyakinanmu. Setengah mati kau berusaha menahannya. Namun dia terus melangkah, karena dia yakin itulah jalannya. Akhirnya, bekal keyakinan dan imanmu menyatakan bahwa dia bukan sahabatmu, bukan saudaramu lagi. Dan perjalanan kalian sampai di situ. Kau mencintainya, karena dia mencintaimu, sejalan denganmu. Kau mendukungnya, mendoakannya, membelanya, mengunjunginya, karena dia seiman denganmu. Namun ketika dia berubah keyakinan, hilang sudah cintamu. Cintamu telah berubah.
Kau memegang teguh agamamu. Begitu besar cintamu kepada jalanmu. Kau beri makan fakir miskin, kau tolong anak yatim, tak pernah kau tinggalkan ibadahmu, dengan harapan kelak kau bisa bertemu Tuhanmu. Namun, suatu ketika orang lain menghina nabimu, dan kau pun marah dan membakar tanpa ampun. Apakah kau lupa bahwa jalanmu mengajak untuk mengutamakan cinta dan maaf? Dan jangankan orang lain yang menghina agamamu, saudaramu yang berbeda pemahaman saja engkau kafirkan, engkau jauhi, dan engkau halalkan darahnya. Bukankah Tuhanmu saja tetap cinta kepada makhluk-Nya yang seperti ini, meskipun mereka bersujud atau menghina-Nya? Kau cinta kepada agamamu, tapi kau persepsikan cinta yang diajarkan oleh Tuhanmu dengan caramu sendiri.
Anakku, selama kau begitu kuat terikat kepada sesuatu dan memfokuskan cintamu pada sesuatu itu, selama itu pula kau tidak akan menemukan True Love. Cintamu adalah Selfish Love, cinta yang mengharapkan, cinta karena menguntungkanmu. Cinta yang akan luntur ketika sesuatu yang kau cintai itu berubah. Dengan cinta seperti ini kau ibaratnya sedang mengaspal jalan. Kau tebarkan pasir di atas sebuah jalan untuk meninggikannya. Lalu kau keraskan dan kau lapisi atasnya dengan aspal. Pada awalnya tampak bagus, kuat, dan nyaman dilewati. Setiap hari kendaraan lewat di atasnya. Dan musim pun berubah, ketika hujan turun dengan derasnya, dan truk-truk besar melintasinya. Lapisannya mengelupas, dan lama-lama tampak lah lobang di atas jalan itu. Cinta yang bukan True Love, adalah cinta yang seperti ini, yang akan berubah ketika sesuatu yang kau cintai itu berubah. Kau harus memahami hal ini, anakku.
: : : : : : : :
Sekarang lihatlah, bagaimana Tuhanmu memberikan cinta-Nya. Dia mencintai setiap yang hidup, dengan cinta (rahmaniyyah) yang sama, tidak membeda-bedakan. Manusia yang menyembah-Nya dan manusia yang menghina-Nya, semua diberi-Nya kehidupan. Kekuasaan-Nya ada di setiap yang hidup. Dia tidak meninggalkan makhluk-Nya, hanya karena si makhluk tidak lagi percaya kepadanya. Jika Dia hanya mencintai mereka yang menyembah-Nya saja, maka Dia pilih kasih, Dia memberi cinta yang berharap, mencintai karena disembah. Dia tidak begitu, dia tetap mencintai setiap ciptaan-Nya. Itulah True Love. Cinta yang tak pernah berubah, walau yang dicintai berubah. Itulah cinta kepunyaan Tuhan. Anakku, kau harus menyematkan cinta sejati ini dalam dirimu. Tanam bibitnya, pupuk agar subur, dan tebarkan bunga dan buahnya ke alam di sekitarmu.
Dan kau perlu tahu, anakku. Selama kau memfokuskan cintamu pada yang kau cintai, maka selama itu pula kau tak akan pernah bisa memiliki cinta sejati, True Love. Cinta sejati hanya kau rasakan, ketika kau melihat Dia dalam titik pusat setiap yang kau cintai. Ketika kau mencintai istrimu, bukan kecantikan dan kebaikan istrimu itu yang kau lihat, tapi yang kau lihat “Ya Allah! Ini ciptaan-Mu, sungguh cantiknya. Ini kebaikan-Mu yang kau sematkan dalam dirinya.” Ketika kau lihat saudaramu entah yang sejalan maupun yang berseberangan, kau lihat pancaran Cahaya-Nya dalam diri mereka, yang tersembunyi dalam misteri jiwanya. Kau harus bisa melihat Dia, dalam setiap yang kau cintai, setiap yang kau lihat. Ketika kau melihat makanan, kau bilang “Ya Allah, ini makanan dari-Mu. Sungguh luar biasa!” Ketika kau melihat seekor kucing yang buruk rupa, kau melihat kehidupan-Nya yang mewujud dalam diri kucing itu. Ketika kau mengikuti sebuah ajaran, kau lihat Dia yang berada dibalik ajaran itu, bukan ajaran itu yang berubah jadi berhalamu. Ketika kau melihat keyakinan lain, kau lihat Dia yang menciptakan keyakinan itu, dengan segala rahasia dan maksud yang kau belum mengerti.
Ketika kau bisa melihat Dia, kemanapun wajahmu memandang, saat itulah kau akan memancarkan cinta sejati kepada alam semesta. Cintamu tidak terikat dan terfokus pada yang kau pegang. Cintamu tak tertipu oleh baju filosofi, agama, istri, dan harta benda yang kau cintai. Cintamu langsung melihat titik pusat dari segala filosofi, agama, istri, dan harta benda, dimana Dia berada di titik pusat itu. Cintamu langsung melihat Dia.
Dan hanya Dia yang bisa memandang Dia. Kau harus memahami ini, anakku. Maka, dalam dirimu hanya ada Dia, hanya ada pancaran cahaya-Nya. Dirimu harus seperti bunga mawar yang merekah. Karena hanya saat mawar merekah lah akan tampak kehindahan di dalamnya, dan tersebar bau wangi ke sekitarnya. Mawar yang tertutup, yang masih kuncup, ibarat cahaya yang masih tertutup oleh lapisan-lapisan jiwa. Apalagi mawar yang masih berupa batang, semakin jauh dari terpancarnya cahaya. Bukalah hatimu, mekarkan mawarmu.
Anakku, hanya jiwa yang telah berserah diri sajalah yang akan memancarkan cahaya-Nya. Sedangkan jiwa yang masih terlalu erat memegang segala yang dicintainya, akan menutup cahaya itu dengan berhala filosofi, agama, istri, dan harta benda. Lihat kembali, anakku, akan pengakuanmu bahwa kau telah berserah diri. Lihat baik-baik, teliti dengan seksama, apakah pengakuan itu hanya pengakuan sepihak darimu? Apakah Dia sudah membenarkan pengakuanmu? Ketika kau bilang “Allahu Akbar,” apakah kau benar-benar sudah bisa melihat ke-”akbar”-an Dia dalam setiap yang kau lihat?
 
 

Jika kau masih erat mencintai berhala-berhalamu, maka sesungguhnya jalanmu menuju keberserahdirian masih panjang. Jalanmu menuju keber-”Islam”-an masih jauh di depan. Kau masih harus membuka kebun bunga mawar yang terkunci rapat dalam hatimu. Dan hanya Dia-lah yang memegang kunci kebun itu. Mintalah kepada-Nya untuk membukanya. Lalu, masuklah ke dalam taman mawarmu. Bersihkan rumput-rumput liar di sana, gemburkan tanah, sirami batang mawar, halau jauh-jauh ulat yang memakan daunnya. Kemudian, bersabarlah, bersyukurlah, dan bertawakkal-lah. Insya Allah, suatu saat, jika kau melakukan ini semua, mawar itu akan berbunga, lalu merekah menyebarkan bau harum ke penjuru istana.
Semoga Allah membimbingmu, anakku.
 
 
                             

~~** CiNTa **~

 

 

…CINTA…
Jika ia sebuah CINTA,
dia tak hanya MENDENGAR,
melainkan senantiasa BERGETAR.
jika ia sebuah CINTA,
dia tak mungkin BUTA,
melainkan senantiasa MELIHAT dan MERASAKAN apa yang kita rasakan
jika ia sebuah CINTA,
dia tak akan membuat kita SEDIH,
melainkan senantiasa akan membuat kita BAHAGIA.
jika ia sebuah CINTA,
dia tak hanya BERUCAP,
melainkan senantiasa TULUS dari Dalam HATI.
jika ia sebuah CINTA,
dia hadir bukan karena PERMINTAAN,
melainkan HADIR karena KETENTUAN dan KATA HATI-lah yang MENGANTARKANNYA.
jika ia sebuah CINTA,
dia hadir juga bukan karena PAKSAAN,
melainkan senantiasa HADIR karena PENGORBANAN dan KESETIAAN.

“Dan adapaun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah”
(QS Al-Baqarah:165)

~** JIWA hampa tanpa CINTA **~

3191172462_96bc4aa8dc





Keagungan CINTA Ilahi,
suatu kemanisan yang hakiki tidak akan terhenti,
setiap yang dilakukan hanyan mengharap agar amal tersebut mendapat tempat pada pandangan Ilahi,
walaupun dipandang hina dan jelik pada pandangan manusia ;

Apabila kasih Tuhan telah berputik di hati,
suburkan is dengan baja KEIMANAN agar ia bercambah menjadi pohon keTAQWAAN yang tumbuh mekar
sekiranya telah ditemui CINTA tersebut, ikatlah ia dengan ikatan yang kukuh
kerana di situ akan hadir kedamaian disamping dapat mengusir kegelisahan dan kegusaran;

Perjuangan itu ibarat ranjau bertatah duri-duri yang mencengkam leluhur daging,
ditarik ia sakit, ditolak jadi nanah,
tapi bagi seorang pejuang, kesakitan itu ibarat tiupan angin dari jannah
dan tegukan air, penyejuk tekak di padang pasir,

BIAR TERBUANG, TERUS BERJUANG!
JIHAD ‘ALA KULLIHAL!
JIHAD FISABILLILLAH!!

" Bidadari Dunia Mencari Cinta Sejati-Nya "


*.•♥♥•.¸.•*¨) '".♥•*♥*•♥.'" (¸.*•´.•♥♥•.*

♥:.بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ :.♥

Ibarat permata, aku hanya punya satu, dan jika kuberikan,
aku tak punya apa-apa lagi. Apakah permata itu ?. Permata itu_lah "Cinta-Nya "

Cinta yang ku pelajari entah dari negeri yang mana,
Cinta yang lebih indah jika "Cinta itu tak pernah sampai". Kenapa ??…
karena dengan energinya dia akan terus berkembang dan akan terus menjadi baik…
dan akan terus…sampai pada suatu titik yang bernama "keikhlasan".

Jadi siapa selayaknya yang mendapatkan permata itu ??….
tak lain dan tak bukan untuk yang lain ,melainkan hanya untuk_Nya,
dan karena_Nya pula, terwujud rasa "Cinta pada makhluk_Nya", seperti anda…karena permata itu telah menjadi "mutiara" kini, yang tak pernah habis jika saya berikan, dan tetap selalu ada…

Cinta. Anugerah terindah itu pasti akan pernah mampir kepada manusia,
makhluk ciptaan-Nya yang dilengkapi akal dan perasaan. Kita juga tidak pernah berencana untuk mencintai seseorang. Cinta itu datang tak terduga, mengalir begitu saja dan paling parah.. sukar untuk menghentikannya

Sahabatku rahimakumullah…,
Cinta merupakan karunia terindah yang Allah berikan pada kita,maka
hadiahkanlah kembali kepada_Nya,Jika engkau ingin kebaikan untuk dirimu ..

Jika engkau sudah punya "Cinta" tersebut, engkau telah punya "Kunci"
untuk mengharungi kehidupan ini… Karena hakikat dirimu hanyalah seorang hamba
" yang Harus Punya Cinta Sejati Pada Tuannya ".

Dan jika engkau mencintai seseorang janganlah secinta-cintanya,
karena boleh jadi suatu ketika dia akan menjadi musuh bagimu, dan jika engkau membenci seseorang, sewajarnyalah saja…karena boleh jadi suatu ketika dia akan menjadi sahabatmu …

Ya, jika udah bicara tentang "CINTA" ,
tidak akan pernah ada kata akhirnya, karena CINTA adalah anugerah
yang indah sekaligus bikin gelisah.Cinta tak atau belum terbalas mungkin menyakitkan...

Cintailah seseorang karena ALLOH,
niscaya engkau tidak akan pernah merasa kecewa…!
Karena bagaimanapun memberi itu lebih indah, berharga dan mulia
(di mata Allah) daripada menerima …!!!

ALLOH Azza Wa Jalla sangat menyayangimu….,
Dia akan menjagamu jika engkau semua selalu mengingat_Nya
dalam setiap detak jantung, denyut nadi, dan hembusan nafasmu….

Haruskah kita hanyut dan terlena dengan cinta yang sesaat ini ?
Ayo Sahabatku rahimakumullah…, !
Cinta sesungguhnya terbingkai dalam mahligai pernikahan.
Dalam bingkai itulah kita benar-benar berhak mengekspresikan seluruh
perasaan cinta yang ada… untuk itu kitaakan meraih cinta Sejati-Nya yang Agung..

Jika kita ingin meraih Cinta Sejati-Nya ...
Maka Pribadimu adalah Hiasan diri,.Suburkan dengan Iman & Ketaqwaan,.
Sentiasa tabah dan sabar dalam menghadapi Ujian dan Cobaan,
Sentiasa menjaga pandangan dari perkara-perkara maksiat,
Dia sentiasa mengingati MATI Karena Sejatinya dia lebih mengutamakan Akhirat,.
krena Dunia bukan pilihannya,Sentiasa menjaga SHOLATnya kerana itulah MARUAH dirinya,Senantiasa bermega karena di asuh Iman & Taqwa,berbekal Al-Qur'an dan Sunnah,Bersulam pengorbanan untuk Robb-nya .... Allahu Akbar....

Mencintai kerana AGAMA dan kerana cintanya kepada-Nya .
Karena Cinta terhadap Maha Pencipta yang mendekatkan diri pada-Nya .
Tiada hadiah yang lebih baik Melainkan Cinta Sejati-Nya ,
Untuk menuju Syurga ILAAHI dengan menggapai Ridho-Nya ...Insya ALLOH ...


♥•*¨*•♥•*¨*•♫♥•* JALAN YANG LURUS •♥♫•*¨*•♥•*¨*•♥

"Dan bahwa sesungguhnya inilah jalan-Ku (agama Islam)
yang betul lurus,maka hendaklah kamu menurutnya dan janganlah kamu
menurut jalan-jalan (yang lain dari Islam), kerana jalan-jalan (yang lain itu)
mencerai-beraikan kamu dari jalan ALLOH, Dengan yang demikian itulah ALLOH perintahkan kamu, supaya kamu Bertakwa."(QS.Al-An'aam :153) .


(¯`v´¯)(¯`v´¯)`•.¸AAMIIN¸.•`( ¯`v´¯)(¯`v´ ¯)
`•.¸.•`.`•.¸.•`_SUBHANALLOH_`•​.¸.•`.`•.¸.•`
(¯`v´¯).•♥•.¸.•*¨).••♥•♥••.(¸.​ •´.•♥•.(¯`v´¯)
`•.¸.•`_¶**¶_____________¶**¶_​ __`•.¸.•`
___________*¶*___*¶*_____*¶*__​ __*¶*
__________*¶*_______*¶*¶*_____​ ___*¶*
_________*¶*__________*_______​ ____*¶*
_________*¶*__________________​ ____*¶*
_________*¶*________ اﷲ___ اﷲ______*¶*
__________*¶*_________________​ ___*¶*
___________*¶*________________​ _ _*¶*
_____________*¶*_____*____*___​ *¶*
______________*¶*____________*​ ¶ *
________________*¶*________*¶*
__________________*¶*____*¶*
____________________*¶_*¶*
______________________*¶

~** Derita SANG pECinTA **~





Mencintai wanita adalah awal dari sebuah derita, benarkah? Bukan wanita yang membuat derita, melainkan mencintai wanita yang tidak mencintai mullah yang akan menciptakan derita bagimu.
(Muhammad Idris Asy Syafi ’i)


Dia tidak begitu cantik, tapi entah mengapa hati ini selalu ingat kepadanya. Terasa sulit bagi diri ini untuk melupakan tutur kata dan wajahnya. Terasa hampa andai sehari tidak berjumpa. Mungkin, inilah yang dinamakan cinta. Hati selalu rindu, tergetar ketika mendengar namanya, bahkan ada perasaan indah saat mendengar daerah tempat tinggalnya.


Namun, aku sendiri bingung jika ditanya, “karena apa kamu mencintainya?”


Tidak karena apa-apa, tidak karena wajah (ada banyak wanita yang lebih cantik), tidak karena kecerdasan (ada banyak wanita yang lebih cerdas, walau jujur saja dia memang cerdas), tidak karena kekayaan, tidak karena keimanan (dia biasabiasa saja dalam menjalankan kewajiban kepada Tuhannya, sebagaimana yang lain). Entahlah, tetapi yang jelas dia adalah teman sekantorku. Mungkin, intensitas pertemuanlah yang menjadikan benih-benih cinta bersemai dalam hati sanubariku.


Hari-hari ketika ada dia menjadi hari-hari yang menyenangkan. Kantor jadi tempat terindah. Betaaaah sekali ada di sana. Semangat kerja berlipat-lipat. Bunga-bunga nan semerbak seakan bertaburan di mana-mana. Penampilanku yang asalasalan mulai dipermak sedemikian rupa sehingga terlihat rapi, lebih bersih karena “sering mandi” dan “berkaca diri” di depan cermin. Setiap kali dia pulang, aku pun ingin ikut pulang mengantar. Terkadang, dengan beribu alasan, aku ikut naik angkot dengannya walau jurusan kita pulang berbeda arah (saat itu orang yang punya motor masih bisa dihitung dengan jari, lho).


Yah, dia menjadi segala-galanya. Semua energi seakan tersita olehnya. Senang-susah, bahagia-menderita, ada di tangannya. Benar apa yang disenandungkan Maulana Jalaluddin Rumi:


Lewat cintalah semua yang pahit akan jadi manis.Lewat cintalah semua tembaga akan jadi emas.
Lewat cintalah semua endapan menjadi anggur murni.
Lewat cintalah semua kesedihan akan jadi obat.
Lewat cintalah si mati akan jadi hidup.
Lewat cintalah raja jadi budak.

Aku, yang biasanya acuh, mendadak jadi seorang pencemburu. Aku jadi nggak enak hati apabila ada lelaki lain yang dekat dengannya atau sekadar menanyakan dia walau sebenarnya untuk urusan kantor. Akan kucari informasi tentang lelaki itu untuk memastikan apakah dia mencintai bidadariku ini ataukah tidak.


Aneh ... bagi orang yang tidak merasakan cinta, semua itu menjadi aneh, lucu, menggelikan, bodoh, dan ... kekanak-kanakan. Namun, tidak bagiku. Kata-kata Cleopatra tampaknya begitu pas menggambarkanku, “Cinta tidak menjadikan Bumi ini beredar, tetapi dengan cintalah peredaran Bumi menjadi amat bermakna.” Apa yang dilakukan oleh orang yang tengah dimabuk cinta terkadang dipandang konyol oleh orang di luar dirinya.


Entah, apakah dia menyadari atau tidak perasaan hati ini kepadanya. Aku takpernah mengatakannya. Tidak seorang pun di antara teman-temanku yang tahu gelora cintaku kepadanya. Hanya ada seorang teman dekat, tempat aku curhat dan berbagi yang tahu keadaanku ini. Dia pula yang selalu membantuku. Mungkin, si Dia tahu bahwa aku mencintainya dari perhatian dan kebaikanku kepadanya yang terkesan lebih. Memang, dengan siapa pun aku selalu berusaha menjaga sikap, perasaan, dan berlaku baik sehingga aku diterima banyak orang. Namun, dengannya terasa beda, kebaikanku berlipat-lipat.


Semakin intens pertemuan dengannya, semakin kuat pula perasaan ini kepadanya. Namun, aku tidak berani mengungkapkannya. Lidah ini begitu fasih membicarakan banyak hal. Namun ... lidah ini mendadak kelu saat harus menyatakan cinta ini kepadanya. Lisanku kembali fasih saat berdoa kepada Tuhanku. Ya, alhamdulillah, aku banyak sekali curhat kepada-Nya, mengadukan gelora jiwa ini kepada-Nya.


Gumamku dalam sela-sela ibadah shalatku, “Ya Allah, Engkau Mahatahu perasaanku. Aku mencintainya ya Allah ... jadi kanlah dia pendamping hidupku, ibu dari anak-anakku. Lapangkanlah dan mudahkanlah jalan bagiku untuk bersanding dengannya. Andai masih ada ruang kosong di dalam hatinya, perkenankan agar engkau mengisi hatinya dengan namaku. Jangan biarkan aku menderita. Ya Allah, aku sangat mencintai dan mengasihinya. Rabbana hablana min azwazina wa durriyatina qurrata a’yun waj ’alna lil muttaqina imama.


Begitulah, dia menjadi sentral dalam doa dan munajatku, mengalahkan doaku untuk ibu, bapak, guru-guruku, dan orang-orang yang telah berjasa kepadaku. Bagaimana dengannya? Aku taktahu pasti. Namun, dari gerak-geriknya, dia seakan memberiku harapan. Entah memang karena sifatnya seperti itu atau sekadar menghargaiku sebagai seorang teman. Aku tidak tahu. Kalau aku memberikan sesuatu sebagai hadiah dariku untuknya, dia pun menerima dengan senyum manis. Kalau ngobrol, dia pun merespons dengan baik. Terkadang, dia pun mau pulang bersamaku. It’s no problem baginya. Malah, ada sesuatu yang amat berkesan. Ia pernah memberikan cokelat untukku sebagai hadiah kelulusanku. Cokelat ... bukankah itu tanda cinta? Duh, itu dia yang aku cari.


Tibalah suatu hari, ketika itu langit seakan hendak runtuh. Dada terasa sesak, bukan karena penyakit asma, tetapi karena sumbatan emosi kesedihan dan keterkejutan. Dia memutuskan keluar dari pekerjaan. Alasannya sederhana, ingin melanjutkan studi. Si Bunga Hati mengatakan itu pada penutupan kegiatan kantor di luar kota. Saya dan teman-teman mengucapkan selamat dan kata-kata perpisahan kepadanya dengan senyuman. Namun, berbeda dengan yang lain, senyuman di mulutku bertolak belakang dengan gambaran hatiku yang terasa sumpek.


Terbayang di benakku pertemuan yang intens di kantor akan segera berakhir. Padahal, bagi seorang pencinta, bertemu dengan yang dicintai adalah segalanya. Namun, ada sisi baiknya. Aku pun bertekad untuk mengungkapkan perasaanku yang sebenarnya kepada dia. Lagi-lagi, aku taksanggup berbicara langsung. Lagi-lagi, lisanku kelu. Maka, kubelikan sejumlah buku kesukaannya. Kubungkus dengan menjadi sebentuk kado yang indah. Kuselipkan surat cinta di dalamnya. Lalu, kukirimkan ke alamatnya melalui kantor pos dekat rumahku.


Dua hari kemudian ... tepatnya pukul dua siang lebih lima belas menit, ponselku menyala, tertulis sebuah kiriman pesan singkat di dalamnya ... hatiku berdebar kencang saat tertulis namanya di sana. Kubuka dengan tangan bergetar. Rasaku saat itu, inilah momentum terpenting dalam hidupku, apakah si Bunga Hati akan benar-benar menjadi milikku atau ... aku taksanggup menyebutkannya.


“Terima kasih atas hadiahnya, kebaikannya .... Namun, jujur saja aku terkejut ketika kubaca surat kirimanmu itu. Aku takbisa berkata apa-apa selain sebuah doa semoga Allah memberimu kesuksesan dalam karier, dilancarkan segalanya. Kita tetap berteman saja yah ... salam.”


Semangatku seakan hilang ditelan Bumi. Semuanya tampak runyam, kusam, dan takpunya arti. Manis terasa pahit. Putih terlihat hitam. Gelap ... semuanya menjadi gelap. Kusam. Sebuah SMS dengan beberapa ratus karakter cukup untuk memukulku KO. Entah karena saking cintanya, aku terkena stres stadium III, sedikit lagi (stadium IV) aku terkena depresi. Nafsu makan hilang, semangat kerja down, pikiran takmenentu. Selama beberapa minggu berat badanku turun karena tidak lagi memiliki nafsu makan. Kualitas kerjaku turun drastis hingga harus mendapat teguran dari atasan. Kalau bukan karena orang tua, mungkin aku sudah keluar dari pekerjaan ... atau melakukan yang lebih dari itu!


Hatiku semakin terpukul saat beberapa SMS-ku tidak direspons olehnya. Dia pun seakan menghindar dariku saat berkunjung ke kantor untuk suatu pertemuan. Aku pun jadi malu sendiri ... walau hati tetap rindu. Aku tahu, bahwa dalam dunia percintaan, ungkapan “cinta itu takharus memiliki” sudah takberlaku lagi.


“Cinta itu akan terasa indah apabila memiliki. Kalau tidak memiliki, ya jangan dicintai,” begitu ungkap seorang teman. Namun, sebagai pelarian dari kegagalanku mendapatkan cintanya, jargon bahwa cinta takharus memiliki tetap kupegang erat dan kusimpan rapat-rapat di dalam hati (kalau sudah dimabuk cinta, biasanya rasionalitas dan kewarasan berpikir akan terpinggirkan).


Bertahun-tahun lamanya, harapan hatiku tetap tertuju kepadanya. Walau aku tahu, cintaku bertepuk sebelah tangan. Aku tidak berpikir untuk menikah dengan wanita lain selain dengannya. Harapanku masih tetap menyala saat mengetahui kalau dia belum memiliki hubungan apa pun dengan laki-laki lain. Selama itu pula, aku senantiasa berdoa kepada Tuhan agar dia menjadi milikku.


Mungkin Allah Swt. berkehendak lain. Dia tidak mengabulkan doaku itu. Aku taktahu apakah aku terkena penyakit jiwa atau tidak. Yang jelas, rasa cintaku mulai bergeser menjadi sebuah kebencian. Lahir sebuah dualisme di dalam hati: cinta bercampur benci. Aku takbisa memungkiri bahwa aku sangat mencintainya. Namun, aku pun putus asa dari mendapatkan cintanya. Terbetik dalam hatiku untuk membalas dendam kepadanya. “Akan kubuat kau menyesali keputusanmu itu!” Aku pun terpacu untuk berkarya, berprestasi, dan membuat matamu melihat siapa aku. Dalam pengakuannya, tokoh kita ini telah menjadikan doa sebagai salah satu andalan baginya untuk mendapatkan cinta wanita idamannya. Berhasilkah? Secara lahiriah, doa-doa yang dia panjatkan seakan tidak menghasilkan apa-apa. Jangankan menerima, wanita yang diidamkannya malah semakin menjauh darinya. Ada semacam keseganan, kekakuan, dan ketakutan apabila harus kontak dengan si Lelaki. Namun, jangan salah, Allah Swt. punya rencana lain. Karena boleh jadi, menurut ilmu-Nya, si Wanita bukanlah jodoh terbaik bagi si Lelaki dan dia belum menyadarinya. Lalu, apa efek terbesar yang dirasakan si Lelaki dari doa-doa yang dipanjatkannya itu? HAKIKAT KEIKHLASAN. Orang boleh saja menganggap aku konyol, lelaki lemah, takpandai memilih, kayak nggak ada wanita lain aja selain dia, tapi mereka tidak merasakan bagaimana indahnya cinta dan dukanya ketika cinta itu takberbalas. Efeknya terus terasa hingga bertahun-tahun lamanya hingga memengaruhi banyak aspek kehidupanku.


Alhamdulillah, Allah Swt. masih sayang kepada diriku. Walau Dia tidak mengabulkan doaku persis sama sebagaimana aku minta, Dia menunjukkan sesuatu yang lebih berharga dari pada seorang wanita. Suatu kali, seorang teman bertanya kepadaku tentang makna hadits, “Barang siapa menikahi wanita karena memandang kedudukannya, Allah akan menambah baginya kerendahan."


“Barang siapa menikahi wanita karena harta bendanya, Allah akan menambah baginya kemelaratan. Barang siapa menikahi wanita karena keturunannya, Allah akan menambah baginya ke-hina-an. Akan tetapi, barang siapa menikahi seorang wanita karena ingin meredam gejolak nafsu dan menjaga kesucian dirinya atau ingin merekatkan ikatan kekeluargaan, Allah akan memberkahinya bagi istrinya dan memberkahi istrinya bagi dirinya.” (HR Al Bukhari)


Hadits Rasulullah ini benar-benar menghunjam ke dalam jiwaku. Memang, sebelumnya aku sudah pernah membaca hadits ini, tetapi kali ini efeknya benar-benar berbeda, terlebih setelah aku renungkan dalam-dalam. Aku terhenyak. Aku baru tersadar, selama ini aku mencintai dia dengan mengorbankan banyak hal: diri sendiri, orang tua, perusahaan tempatku bekerja, dan tentu saja Tuhanku. Tanpa sadar, aku telah menuhankan makhluk dengan merusak banyak hal. Aku kecewa berat karena aku mencintai seseorang bukan karena Allah. Aku meradang karena aku memberi bukan karena mengharap ridha Allah, melainkan mengharap ridha manusia. Aku bekerja keras untuk meraih prestasi, menuntut ilmu, bukan untuk kemuliaan agama Allah, tetapi untuk membalas dendam dan mengharapkan penilaian manusia.


Begitulah, ketika seseorang melakukan sesuatu dan sesuatu itu tidak dijiwai oleh nilai-nilai ketauhidan, kekecewaan akan sangat dekat dengannya. Seakan-akan, Rasulullah saw. berkata, “Jika engkau mencintai seseorang bukan karena Allah, niscaya engkau akan dihinakan dengan cinta itu. Jika engkau mencintai seseorang hanya karena kecantikan dan kepintarannya, tunggulah kalau kecantikan dan kepintarannya itu akan menghinakanmu.”


Inilah bentuk ijabahnya doa dari Allah. Dia memberikan sesuatu yang sangat berharga: HAKIKAT KEIKHLASAN; yaitu bangkitnya kesadaran bahwa dalam melaksanakan segala sesuatu, keikhlasan harus menjadi landasannya. Tanpa keikhlasan, semua tidak akan berarti di sisi Allah.


Aku pun mulai memperbaiki niat, mengubah doa, dan mencoba mencari perspektif lain yang lebih menguntungkan dunia dan akhirat, “Ya Allah, jadikanlah Engkau sebagai pusat kehidupanku. Jika aku mencintai seseorang, jadikanlah cintaku itu sebagai jalan bagiku untuk semakin dekat dengan-Mu. Jangan biarkan aku terlena dengan manusia dengan melupakan-Mu. Ya Allah, Engkau Mahatahu siapa pendamping terbaikku. Pertemukanlah aku dengan cara terbaik, nikahkan aku dengan cara terbaik, dan himpunlah aku dalam rumah tangga terbaik sebagaimana dicontohkan oleh manusia-manusia terbaik pilihan-Mu. Ya Allah, muliakanlah dia dengan kesalehan. Pertemukanlah dia dengan pendamping yang akan membawa pada kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Hilangkanlah dalam hatiku rasa cinta kepadanya dan gantilah dengan rasa cinta kepada-Mu.” Itulah sebagian dari doa-doaku.


Alhamdulillah, dengan mengambil perspektif baru berlandaskan keikhlasan, hati ini menjadi lebih lapang. Kini, aku menganggapnya sebagai teman biasa. Tidak ada lagi benci bercampur rindu. Yang ada hanyalah “rasa sayang” kepada seorang teman. Begitulah, teramat mudah bagi Allah untuk membolak-balikkan hati manusia. Awalnya cinta jadi benci setengah mati. Awalnya rindu jadi dendam kesumat. Sebaliknya, mudah pula bagi Allah untuk menjadikan benci menjadi cinta dan rindu menjadi dendam. Namun, di sana ada pilihan kita: mau yang mana? Maka, mintalah yang terbaik dari-Nya: sesuatu yang membahagiakan, yang melapangkan hati, dan membawa kebaikan bagi diri dan orang lain.


Orang berubah jika sudah cukup tahu.
Orang berubah jika sudah cukup mau.
Orang berubah jika sudah cukup menderita.

Rasa cinta dan benci lahir karena penghayatan yang intens. Namun, keduanya bukanlah dua jenis emosi berlawanan. Cinta dan benci adalah emosi yang berjalan bersama (Rollo May, 1969). Keberadaan keduanya bisa dianalogikan dua sisi mata uang. Garis pemisah antara keduanya merupakan garis yang manis. Artinya, perasaan cinta sering diawali perasaan benci atau sebaliknya. Walaupun demikian, begitu rasa benci—sebagai emosi negatif—ditahan dan ditekan, tanpa disadari rasa cinta—sebagai emosi positif—yang hanya dipisahkan garis pemisah yang manis pun ikut tertekan. Jadi, kematian rasa benci, secara otomatis akan diikuti kematian rasa cinta. Begitulah proses penghayatan emosi yang dirasakan.


TAHUKAH ANDA?


Para ilmuwan neurosains baru saja mengungkapkan sebuah gejala fisiologis yang unik pada saat seseorang mengalami tekanan batin yang berat. Tekanan tersebut dapat ditimbulkan oleh masalah-masalah yang terkait dengan proses interaksi dan komunikasi sosial, termasuk persoalan hubungan cinta antara dua orang yang tengah dimabuk asmara.


Ehm! Hasil pengamatan di beberapa negara ditemui sindrom “putus cinta” ini sering sekali menimbulkan gangguan yang menyerupai gejala serangan jantung, infark miokardium akut. Timbul serangan rasa nyeri di daerah dada yang menjalar ke punggung, lambung, dan daerah lengan sebelah kiri. Dapat pula diikuti dengan kesulitan bernapas (sesak), keluarnya keringat dingin, dan tubuh terasa lemas. Sindroma ini dikenal sebagai Sindroma Takotsubo atau Miokardiopati Takotsubo.


Dr. Ilan Wittstein, MD, ahli jantung dari The John Hopkins University Medical School dan rekan-rekannya menemukan kasus Takotsubo terjadi akibat adanya akumulasi neuropeptida otak yang merupakan keturunan katekolamin. Turunan katekolamin yang kerap dijumpai serta memiliki efek simpatik secara sistemik antara lain adalah epinefrin dan norepinefrin. Namun, dalam kasus Takotsubo, ternyata tidak hanya epinefrin dan norepinefrin saja yang kadarnya melonjak drastis, tetapi juga molekulmolekul peptida kecil dan neurotransmiter, seperti metaneprin, normetaneprin, neuropeptida Y, dan peptida natriuretik turut melonjak secara drastis.


Akumulasi produksi faktor kimiawi yang terjadi pada saat amigdala di otak menerima data yang “menyakitkan” serta “gagal” mengatur emosi negatif akan menyebabkan efek fibrilasi (jantung bergetar tidak beraturan) sesaat yang diikuti dengan “pingsan”-nya sejumlah sel otot jantung. Jadi, putus cinta, ditolak, ataupun patah hati bisa membuat jantung “kelenger” alias “semaput”!


Apakah sindroma ini berbahaya? Bergantung pada seberapa luasnya daerah otot jantung yang “semaput”. Jika daerah yang mengalami kardiomiopati sesaat itu cukup luas, akibatnya bisa saja menjadi fatal. Mengingat fungsi utama jantung adalah menyuplai kebutuhan oksigen untuk seluruh sistem tubuh, termasuk otak. Jadi, keadaan jantung “mogok” bekerja ini dapat menimbulkan hipoksia (kekurangan oksigen) di jaringan. Jika kekurangan oksigen berlangsung dalam jangka waktu cukup lama, jaringan yang sangat bergantung pada asupan oksigen akan terganggu, bahkan rusak permanen.


Akan tetapi, catatan klinis Dr. Ilan Wittstein dan rekan-rekannya yang telah dipublikasikan di New England Journal of Medicine (2009) menunjukkan bahwa kasus-kasus kardiomiopati akibat kejutan psikologis ini biasanya bersifat reversible alias dapat pulih kembali. Kondisi jantung pun pada umumnya baik dan tidak disertai dengan kerusakan yang bersifat kronis. Siapa saja yang mungkin mengalami Sindroma Takotsubo? Orang-orang yang memiliki tingkat stres harian sudah sangat tinggi, orang-orang yang kinerja otaknya lebih didominasi oleh sirkuit amigdala (penuh tantangan dengan stres tinggi), dan orang yang memiliki tipologi kepribadian yang rentan terhadap stres. Maka, syukurilah peristiwa “patah hati”, cari hikmahnya dan jangan terlalu disesali sebab “patah hati” pasti adalah karunia Allah yang belum kita sadari maknanya. Jika disesali, “ancaman” Allah dalam Surat Ibrahim, 14: 7 akan berlaku: nikmat, jika disesali akan berubah menjadi azab. Nah, salah satu perwujudan azab itu mungkin sindroma “jantung klenger” yang dinamai Takotsubo


(Cuplikan kisah di buku “114 Kisah Nyata Doa-doa Terkabul”)