untuk seseorang yang akan menjadi pendamping hidup ku




Bismillahirrokhmanirrokhiim


Ya Allah

Aku berdo’a untuk seseorang yang akan menjadi bagian dari hidupku

Seseorang yang sungguh mencintai-Mu lebih dari segala sesuatu

Seorang yang akan meletakkanku pada posisi kedua di hatinya setelah Engkau

Seorang yang hidup bukan untuk dirinya sendiri tetapi untuk-Mu



Wajah menawan dan daya tarik fisik tidaklah penting

Yang penting adalah sebuah hati yang sungguh mencintai dan dekat dengan Engkau

dan berusaha menjadikan sifat-sifat-Mu ada pada dirinya

Dan ia haruslah mengetahui bagi siapa dan untuk apa ia hidup sehingga hidupnya tidaklah sia-sia



Seseorang yang memiliki hati yang bijak tidak hanya otak yang cerdas

Seorang yang tidak hanya mencintaiku tapi juga menghormatiku

Seorang yang tidak hanya memujaku tetapi juga dapat menasihatiku ketika aku berbuat salah



Seseorang yang mencintaiku bukan karena apapun tapi karena hatiku

Seorang yang dapat menjadi sahabat terbaikku dalam setiap waktu dan situasi

Seseorang yang dapat membuatku merasa sebagai senang ketika aku di sisinya



Ya Allah… Aku tidak meminta seseorang yang sempurna namun aku meminta seseorang yang tidak sempurna, sehingga aku dapat membuatnya sempurna di mataMu

Seorang yang membutuhkan dukunganku sebagai peneguhnya Seorang yang membutuhkan doaku untuk kehidupannya Seseorang yang membutuhkan senyumku untuk mengatasi kesedihannya Seseorang yang membutuhkan diriku untuk membuat hidupnya menjadi sempurna



Ya Allah

Aku juga meminta,

Buatlah aku menjadi wseorang yang dapat membuatnya bangga Berikan aku hati yang sungguh mencintai-Mu sehingga aku dapat mencintainya dengan sekedar cintaku



Berikanlah sifat yang lembut sehingga kecantikanku datang dari-Mu

Berikanlah aku tangan sehingga aku selalu mampu berdoa untuknya

Berikanlah aku penglihatan sehingga aku dapat melihat banyak hal baik dan bukan hal buruk dalam dirinya



Berikanlah aku lisan yang penuh dengan kata-kata bijaksana,

mampu memberikan semangat serta mendukungnya setiap saat dan tersenyum untuk dirinya setiap pagi



Dan bilamana akhirnya kami akan bertemu,aku berharap kami berdua dapat mengatakan:

“Betapa Maha Besarnya Engkau karena telah memberikan kepadaku pasangan yang dapat membuat hidupku menjadi sempurna.”



Aku mengetahui bahwa Engkau ingin kami bertemu pada waktu yang tepat

Dan Engkau akan membuat segala sesuatunya indah pada waktu yang telah Engkau tentukan



Aamiin ya Rabbal'alamin 

ayat ayat CINTA




Begitu divonis bebas, aku dibawa oleh Aisha ke rumah sakit Maadi untuk diperiksa. Penyiksaan dipenjara seringkali menyisakan cidera atau luka. Dokter mengatakan aku harus dirawat di rumah sakit beberapa hari untuk memulihkan kesehatan. Beberapa jari kakiku yang hancur harus ditangani serius. Ada gejala paru-paru basah yang kuderita. Aisha memesankan kamar kelas satu bersebelahan dengan kamar Maria. Teman-teman dari Indonesia banyak yang menjenguk, meskipun mereka sedang menghadapi ujian semester ganjil Al Azhar. Sementara musim dingin semakin menggigit.
Sudah tiga hari, sejak jatuh tak sadarkan diri saat memberikan kesaksian di pengadilan Maria belum juga siuman. Dokter mengatakan ada kelenjar syaraf di kepalanya yang tak kuat menahan emosi yang kuat mendera. Ada pembengkakan serius pada pembuluh darah otaknya karena tekanan darah yang naik drastis. Akibatnya dia koma. Untung pembuluh darah otaknya itu tidak pecah. Kalau pecah maka nyawanya bisa melayang.
Sekarang tidak hanya Madame Nadia dan keluarganya saja yang merasa bertanggung jawab menunggui Maria. Aisha merasa punya panggilan jiwa tak kalah kuatnya. Ia sangat setia menunggui diriku dan menunggui Maria. Ia bahkan sering tidur sambil duduk di samping Maria. Aisha menganggap Maria seperti adiknya sendiri. Beberapa kali aku memaksakan diri untuk bangkit dari tempat tidur dan menemani Aisha menunggui Maria.
Pada hari keempat sejak Maria tak sadarkan diri, tepatnya pada pukul sembilan pagi handphone Aisha berdering. Aisha mengangkatnya. Ia terkejut mendengar suara orang yang menelponnya. “Alicia? Di mana? Oh masya Allah, Subhanallah! Ya..ya…baik. Kalau begitu kau naik metro saja turun di Maadi. Aku jemput di dekat loket tiket sebelah barat. Okey? Wa ‘alaikumussalam wa rahmatullah.”

Aisha lalu tersenyum padaku dan berkata,
“Selamat untukmu Fahri, kau telah mendapatkan kenikmatan yang lebih agung dari terbitnya matahari. Alicia sudah menjadi muslimah sekarang. Apa yang kau lakukan sampai kau akhirnya jatuh sakit itu tidak sia-sia. Jawabanmu itu mampu menjadi jembatan baginya menemukan cahaya Tuhan. Dia ingin menemuimu. Kira-kira pukul setengah sepuluh dia akan sampai di Mahattah Maadi.”
Aku merasakan keagungan Tuhan di seluruh jiwa. Aku merasa Dia tiada pernah meninggalkan diriku dalam segala cuaca dan keadaan.

PadaMu
Kutitipkan secuil asa
Kau berikan selaksa bahagia
PadaMu
Kuharapkan setetes embun cinta
Kau limpahkan samudera cinta

Aisha menengok kamar Maria, tak lama ia kembali lagi dan berkata, “Dia belum juga sadar. Hanya detak jantungnya yang masih terus bekerja dan hembusan nafasnya yang masih mengalir menunjukkan dia masih hidup. Sungguh aku tak tega melihat dia terbaring begitu lemah tiada berdaya. Seringkali ada lelehan air mata di sudut matanya. Entah apa yang dialaminya di alam tak sadarnya.”
Aisha melihat jam. “Sayang, aku keluar sebentar ya menjemput Alicia.”
“Ya, tapi jangan cerita tentang penjara.” Lirihku. Aisha menganggukkan kepalanya lalu beranjak keluar.
Seperempat jam kemudian Aisha datang bersama Alicia. Aku nyaris tidak percaya bahwa sosok yang datang bersamannya adalah Alicia. Sangat kontras dengan penampilannya waktu pertama kali bertemu di dalam metro dulu. Dulu pakaiannya ketat mempertontonkan aurat. Sekarang dia memakai jilbab, pakaiannya sangat anggun dan rapat menutup aurat. Tak jauh berbeda dengan Aisha.
“Aku datang kemari sengaja untuk menemuimu, Fahri. Untuk mengucapkan terima kasih tiada terkira padamu. Karena berjumpa denganmulah aku menemukan kebenaran dan kesejukan yang aku cari-cari selama ini.” Kata Alicia, mata birunya berbinar bahagia. Alicia lalu mengisahkan pergolakan batinnya sampai akhirnya masuk Islam dua bulan yang lalu.

“Selain itu aku membawa ini.” Alicia membuka tas hitamnya yang agak besar. Ia mengeluarkan dua buah buku dan menyerahkan padaku. Aku terkejut membaca tulisan yang ada di sampulnya. Namaku tertulis di sana.
“Jawabanmu tentang masalah perempuan dalam Islam jadi buku itu. Dan terjemahan Maria jadi yang ini. Semuanya diterbitkan oleh Islamic Centre di New York. Tiap buku baru dicetak 25 ribu exemplar. Dr. Salman Abdul Adhim direktur penerbitannya meminta nomor rekeningmu, Maria dan Syaikh Ahmad untuk tranfer honorariumnya. Kau boleh bangga sekarang dua buku itu sedang dicetak lagi karena satu bulan diluncurkan langsung habis.” Cerita yang dibawa Alicia benar-benar menghapus semua duka yang pernah kurasa. Sangat mudah bagi Tuhan untuk menghapus duka dan kesedihan hamba-Nya.

“Kau tidak ingin menemui Maria?” tanyaku.
“Ingin.”
“Aisha, antarkan Alicia melihat Maria.”
Aisha menggamit tangan Alicia ke kamar sebelah di mana Maria terbaring lemah. Aku tidak tahu seperti apa reaksi Alicia bertemu Maria dalam keadaan seperti itu. Sambil berbaring aku memperhatikan dengan seksama dua buku yang diberikan Alicia itu. Buku pertama, Women in Islam. Sebuah buku kecil. Tebalnya cuma 65 halaman. Namaku terpampang sebagai pengarangnya. Aku jadi malu pada diri sendiri, aku hanya menulis ulang dan merapikan pelbagai macam bahan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar perempuan dalam Islam. Bukan menulis suatu yang baru. Di dalamnya kulihat editornya dua orang: Alicia Brown dan Syaikh Ahmad Taqiyuddin. Di halaman terakhir buku itu ada biodataku secara singkat. Lalu buku kedua berjudul, Why Does the West Fear Islam? ditulis Prof Dr. Abdul Wadud Shalabi. Aku dan Maria tercantum sebagai penerjemah. Editornya sama.

Setengah jam kemudian Alicia kembali bersama Aisha.
“Semoga isteri keduamu itu cepat sembuh. Selamat atas pernikahan kalian. Semoga dirahmati Tuhan. Oh ya aku ada pesan dari Dr. Salman Abdul Adhim, kau akan diundang untuk memberikan cemarah di beberapa Islamic Centre di Amerika sekalian mendiskusikan apa yang telah kau tulis. Tiket, surat undangan dan jadwal kegiatannya ada di hotel, tidak terbawa,” kata Alicia.

“Waktunya kapan?” Aisha menanggapi.
“Bulan depan. Selama sepuluh hari.”
“Semoga dia benar-benar sudah sembuh.”
“Semoga.”
Setelah itu Alicia minta diri dan berjanji akan datang lagi keesokan hari untuk menyerahkan tiket dan semua berkas yang akan digunakan untuk mempermudah mengurusi visa masuk ke Amerika.
“Begitu banyak perubahan silih berganti yang kita alami,” kata Aisha setelah Alicia pergi.

* * *
Tengah malam, Aisha membangunkan diriku. Kusibak selimut tebal. Kaca jendela tampak basah. Musim dingin mulai merambat menuju puncaknya. Aisha melindungi tubuhnya dengan sweater. Untung penghangat ruangan kamar kelas satu berfungsi baik. Tapi kaca jendela tetap tampak basah. Berarti di luar sana udara benar-benar dingin. Mungkin telah mencapai 8 derajat. Aku tidak bisa membayangkan seperti apa dinginnya kutub utara yang puluhan derajat di bawah nol. Suasana malam senyap dan beku.
“Fahri, ayo lihatlah Maria, dia mengigau aneh sekali..aku belum pernah melihat orang mengigau seperti itu.” Kata Aisha pelan.
Aku mengikuti ajakan Aisha untuk melihat keadaan Maria. Tak ada siapa- siapa di kamar Maria saat kami masuk. Kecuali Madame Nadia, yang pulas di sofa tak jauh dari ranjang Maria. Ibu kandung Maria itu kelihatannya kelelahan. Kami melangkah pelan mendekati Maria. Dan aku mengenal apa yang diigaukan oleh Maria. Aku pasang telinga lekat-lekat dan memperhatikan dengan seksama. Subhanallah, Maha Suci Allah! Yang terucap lirih dari mulut Maria, tak lain dan tak bukan adalah ayat-ayat suci dalam surat Maryam. Ia memang hafal surat itu. Aku tak kuat menahan haru.
“Sepertinya yang keluar dari bibirnya itu ayat-ayat suci Al-Qur’an? Bagaimana bisa terjadi, Fahri?” Heran Aisha.
“Kita dengarkan saja baik-baik. Nanti aku jelaskan padamu. Banyak hal yang belum kau ketahui tentang Maria.” Jawabku pelan.

Kami pun menyimak igauan Maria baik-baik. Mendengarkan apa yang diucapkan oleh Maria dalam alam tidak sadarnya. Pelan. Urut. Indah dan lancar. Tak ada yang salah. Meskipun tajwidnya masih belum lurus benar. Maria melantunkan ayat-ayat yang mengisahkan penderitaan Maryam setelah melahirkan nabi Isa. Maryam dituduh melakukan perbuatan mungkar. Allah menurunkan mukjizat-Nya, Isa yang masih bayi bisa berbicara.
Fa atat bihi qaumaha tahmiluh,
qaalu yaa Maryamu laqad ji’ta syaian fariyya.
Ya ukhta Haaruna maa kaana abuuki imra ata sauin wa maa kaanat ummuki baghiyya.
Fa asyaarat ilaih, qaalu kaifa nukallimu man kaanat fil mahdi shabiyya.
Qaala inni abdullah aataniyal kitaaba wa ja’alani nabiyya.
Wa ja’alani mubaarakan ainama kuntu
wa aushaani bish shalati waz zakaati maa dumtu hayya.

(Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata, ‘Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar.
Hai saudara perempuan Harun ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina.
Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata, ‘Bagaimana kami akan berbicara pada anak kecil yang masih dalam ayunan?’
Isa berkata, ‘Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab dan dia menjadikan aku seorang nabi.
Dan dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan dia memerintahkan kepadaku mendirikan shalat menunaikah zakat selama aku hidup)115

115 QS. Maryam: 27-31.
Seorang malaikat pun jika mendengar apa yang dilantunkan Maria dalam alam bawah sadarnya itu akan luluh jiwanya, bergetar hatinya, dan meneteskan air mata. Maria sedang mengeluarkan apa yang bercokol kuat dalam memorinya. Dan itu adalah ayat-ayat suci yang menyejukkan. Maria terus melantunkan apa yang dihafalnya ayat demi ayat. Air mataku menetes setetes demi setetes. Cahaya keagungan Tuhan berkilat-kilat dalam diri semakin lama semakin benderang. Bibir Maria terus bergetar. Aku bertanya dalam diri, siapa sebenarnya yang menggerakkan bibirnya? Dia sedang tak sadar apa-apa. Ia sampai pada akhir surat Maryam. Namun bibirnya tidak juga berhenti bergetar, terus melanjutkan surat setelahnya. Surat Thaaha. Subhanallah!
Thaaha.
Maa anzalna ‘alaikal Qur’aana li tasyqa
Illa tadzkiratan liman yakhsya

(Thaaha.
Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu
agar kamu jadi susah
Tetapi sebagai tadzkirah
bagi orang yang takut kepada Allah)116

Aku jadi tidak mengerti sebenarnya berapa surat. Berapa juz yang telah dihafal Maria. Dulu saat pertama kali dia menyapa di dalam metro dia mengatakan hanya hafal surat Al Maidah dan Maryam saja. Sekarang dia membaca surat Thaaha. Aku benar-benar terkesima dibuatnya. Masih banyak rahasia dalam dirinya yang tidak aku ketahui. Aku jadi tidak tahu pasti keyakinan dalam hatinya. Dengan air mata terus mengalir di sudut matanya yang terpejam ia melantunkan ayat-ayat suci itu seperti sedang asyik bernyanyi dalam mimpi. Malam yang dingin terasa hangat oleh aura getar bibir Maria. Ia mengajak pendengarnya berada di Mesir pada masa nabi Musa melawan Fir’aun. Ia terus bernyanyi, seperti bidadari menyanyikan lagu surga.
Innama ilaahukumullah al ladzi laa ilaha illa huwa
wasia kulla syai in ilma
Kadzalika naqushu ‘alaika anbai ma sabaq
wa qad aatainaaka min ladunna dzikra

(Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah, yang tiada tuhan selain Dia, pengetahuannya meliputi segala sesuatu.
Demikianlah kami kisahkan kepadamu sebagian kisah umat yang telah lalu,
dan sesungguhnya telah kami berikan kepadamu dari sisi Kami suatu peringatan)117

116 QS. Thaaha: 1-3.
117 QS. Thaaha: 98-99

Sampai ayat ini bibir Maria berhenti bergetar. Lelehan air matanya semakin deras. Namun ia tidak juga membuka mata. Entah apa yang ia rasa. Aku hanya bisa ikut melelehkan air mata. Berdoa. Dan memegang erat tangannya. Sesaat lamanya keheningan tercipta. Tiba-tiba bibirnya bergerak dan mendendangkan zikir dengan nada aneh:
Allah. Allah. Allah.
Aku ingin Allah.
Allah. Allah. Allah.
Aku rindu Allah.
Allah. Allah. Allah.
Aku cinta Allah.
Allah. Allah. Allah
Allah.
Allah.
Allah.
Allah.
Allah.
Allah. Allah. Allah.
CahayaMu Allah.
Allah. Allah. Allah.
SenyumMu Allah.
Allah. Allah. Allah.
BelaianMu Allah.
Allah. Allah. Allah.
CiumanMu Allah.
Allah. Allah. Allah.
CintaMu Allah.
Allah.
Surgamu Allah.
Allah.
Surgamu Allah.
Allah.
Surgamu Allah. Surgamu
Allah.
Surgamu Allah.
Surgamu Allah.
Allah. Allah.Allah.
Allah.
Allah.
Allah.

Semakin lama volume suaranya semakin mengecil. Lalu hilang. Hatiku berdesir ketika melihat bulu matanya yang lentik bergerak-gerak. Perlahan ia mengerjap. Allah. Allah. Allah. Sembari bibirnya berzikir matanya tampak mulai terbuka perlahan. Dan akhirnya benar-benar terbuka. Subhanallah!
“Maria!” sapaku pelan.
“Fa..Fahri?” suaranya sangat lirih nyaris tiada terdengar.
“Ya. Apa yang kau rasakan sekarang, Sayang? Apanya yang sakit?”
“Tolonglah aku? Aku sedih sekali.”
“Kenapa sedih?”
“Aku sedih tak diizinkan masuk surga!”
Jawaban Maria membuat aku dan Aisha kaget bukan main. Dari mana dia tiba-tiba dapat kekuatan untuk berkata sejelas itu? Apakah dia akan mati? Tanyaku dalam hati. Dan cepat-cepat aku membuang pertanyaan tidak baik itu. Tapi kenapa dia berulang-ulang menyebut-nyebut surga.

“Aku telah sampai di depan pintu surga, tetapi aku tidak boleh masuk!” ulangnya.
“Kenapa?”
“Katanya aku tidak termasuk golongan mereka. Pintu-pintu itu tertutup bagiku. Aku terlunta-lunta. Aku menangis sejadi-jadinya.”
“Aku sungguh tak mengerti dengan apa yang kau alami, Maria. Tapi bagaimana mulanya kau bisa sampai di sana?”
“Aku tidak tahu awal mulanya bagaimana. Tiba-tiba saja aku berada dalam alam yang tidak pernah kulihat sebelumnya. Dari kejauhan aku melihat istana megah hijau bersinar-sinar. Aku datang ke sana. Aku belum pernah melihat bangunan istana yang luasnya tiada terkira, dan indahnya tiada pernah terpikir dalam benak manusia. Luar biasa indahnya. Ia memiliki banyak pintu. Dari jarak sangat jauh aku telah mencium wanginya. Aku melihat banyak sekali manusia berpakaian indah satu persatu masuk ke dalamnya lewat sebuah pintu yang tiada terbayangkan indahnya. Kepada mereka aku bertanya, “Istana yang luar biasa indahnya ini apa?” Mereka menjawab, “Ini surga!” Hatiku bergetar. Dari pintu yang terbuka itu aku bisa sedikit melihat apa yang ada di dalamnya. Sangat menakjubkan. Tak ada kata-kata yang bisa menggambarkan. Tak ada pikiran yang mampu melukiskan. Aku sangat tertarik maka aku ikut barisan orang-orang yang satu persatu masuk ke dalamnya. Ketika kaki mau melangkah masuk seorang penjaga dengan senyum yang menawan berkata padaku, “Maaf, Anda tidak boleh lewat pintu ini. Ini namanya Babur Rayyan. Pintu khusus untuk orang-orang yang berpuasa.118 Anda tidak termasuk golongan mereka!”

118 Imam Syamsuddin Al-Qurthubi (w. 671 H.) dalam kitabnya At Tadzkirah banyak menjelaskan tentang deskripsi surga sesuai dengan yang dijelaskan dalam hadits-hadits nabi, termasuk jumlah pintu surga dan nama-namanya.
Aku sangat kecewa. Aku lalu berjalan ke sisi lain. Di sana ada pintu yang juga sedang penuh dimasuki anak manusia berpakaian indah. Aku mau ikut masuk. Seorang penjaga yang ramah berkata, “Maaf, Anda tidak boleh lewat pintu ini. Ini Babush Shalat. Pintu khusus untuk orang-orang shalat. Dan Anda tidak termasuk golongan mereka!” Aku sangat sedih. Hatiku kecewa luar biasa. Aku melihat di kejauhan masih ada pintu. Aku berjalan ke sana dengan harapan bisa masuk lewat pintu itu. Namun ketika hendak masuk seorang penjaga yang wajahnya bercahaya berkata, “Maaf, Anda tidak boleh masuk lewat sini. Ini Babuz Zakat. Pintu khusus untuk orang-orang yang menunaikan zakat. Ada banyak pintu. Dan setiap kali aku hendak masuk selalu dicegah penjaganya. Sampai di pintu terakhir namanya Babut Taubah. Aku juga tidak boleh masuk. Karena itu khusus untuk orang-orang yang taubatnya diterima Allah. Dan aku tidak termasuk mereka. Aku kembali ke pintu-pintu sebelumnya. Semuanya tertutup rapat. Orang-orang sudah masuk semua. Hanya aku sendirian di luar. Aku menggedor-gedor pintu bernama Babur Rahmah. Tak ada yang membuka. Aku hanya mendengar suara, “Jika kau memang penghuni surga kau tidak perlu mengetuknya karena kau pasti punya kuncinya. Bukalah pintu-pintu itu dengan kunci surga yang kau miliki!” Aku menangis sejadi- jadinya. Aku tidak memiliki kuncinya. Aku berjalan dari pintu satu ke pintu yang lain dengan air mata menetes di sepanjang jalan. Aku putus asa. Aku tergugu di depan Babur Rahmah. Aku mengharu biru pada Tuhan. Aku ingin menarik belas kasihNya dengan membaca ayat-ayat sucinya. Yang kuhafal adalah surat Maryam yang tertera di dalam Al-Qur’an. Dengan mengharu biru aku membacanya penuh penghayatan. Selesai membaca surat Maryam aku lanjutkan surat Thaha. Sampai ayat sembilan puluh sembilan aku berhenti karena Babur Rahmah terbuka perlahan. Seorang perempuan yang luar biasa anggun dan sucinya keluar mendekatiku dan berkata,
“Aku Maryam. Yang baru saja kau sebut dalam ayat-ayat suci yang kau baca. Aku diutus oleh Allah untuk menemuimu. Dia mendengar haru biru tangismu. Apa maumu?”

“Aku ingin masuk surga. Bolehkah?”
“Boleh. Surga memang diperuntukkan bagi semua hamba-Nya. Tapi kau harus tahu kuncinya?”

“Apa itu kuncinya?”
“Nabi pilihan Muhammad telah mengajarkannya berulang-ulang. Apakah kau tidak mengetahuinya?”

“Aku tidak mengikuti ajarannya.”
“Itulah salahmu.”
“Kau tidak akan mendapatkan kunci itu selama kau tidak mau tunduk penuh ikhlas mengikuti ajaran Nabi yang paling dikasihi Allah ini. Aku sebenarnya datang untuk memberitahukan kepadamu kunci masuk surga. Tapi karena kau sudah menjaga jarak dengan Muhammad maka aku tidak diperkenankan untuk memberitahukan padamu.”
Bunda Maryam lalu membalikkan badan dan hendak pergi. Aku langsung menubruknya dan bersimpuh dikakinya. Aku menangis tersedu-sedu. Memohon agar diberitahu kunci surga itu. “Aku hidup untuk mencari kerelaan Tuhan. Aku ingin masuk surga hidup bersama orang-orang yang beruntung. Aku akan melakukan apa saja, asal masuk surga. Bunda Maryam tolonglah berilah aku kunci itu. Aku tidak mau merugi selama-lamanya.” Aku terus menangis sambil menyebut-nyebut nama Allah. Akhirnya hati Bunda Maryam luluh. Dia duduk dan mengelus kepalaku dengan penuh kasih sayang,
“Maria dengarkan baik-baik! Nabi Muhammad Saw. telah mengajarkan kunci masuk surga. Dia bersabda, ‘Barangsiapa berwudhu dengan baik, kemudian mengucapkan: Asyhadu an laa ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa rasuluh (Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya) maka akan dibukakan delapan pintu surga untuknya dan dia boleh masuk yang mana ia suka!’ 119

119 Hadits riwayat Imam Muslim.
Jika kau ingin masuk surga lakukanlah apa yang diajarkan olah Nabi pilihan Allah itu. Dia nabi yang tidak pernah bohong, dia nabi yang semua ucapannya benar. Itulah kunci surga! Dan ingat Maria, kau harus melakukannya dengan penuh keimanan dalam hati, bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah. Tanpa keimanan itu, yang kau lakukan sia-sia. Sekarang pergilah untuk berwudhu. Dan cepat kembali kemari, aku akan menunggumu di sini. Kita nanti masuk bersama. Aku akan membawamu ke surga Firdaus!”
Setelah mendengar nasihat dari Bunda Maryam, aku lalu pergi mencari air untuk wudhu. Aku berjalan ke sana kemari namun tidak juga menemukan air. Aku terus menyebut nama Allah. Akhirnya aku terbangun dengan hati sedih. Aku ingin masuk surga. Aku ingin masuk surga. Aku ingin ke sana, Bunda Maryam menungguku di Babur Rahmah. Itulah kejadian atau mimpi yang aku alami. Oh Fahri suamiku, maukah kau menolongku?”

“Apa yang bisa aku lakukan untukmu, Maria?”
“Bantulah aku berwudhu. Aku masih mencium bau surga. Wanginya merasuk ke dalam sukma. Aku ingin masuk ke dalamnya. Di sana aku berjanji akan mempersiapkan segalanya dan menunggumu untuk bercinta. Memadu kasih dalam cahaya kesucian dan kerelaan Tuhan selama-lamanya. Suamiku, bantu aku berwudhu sekarang juga!”
Aku menuruti keinginan Maria. Dengan sekuat tenaga aku membopong Maria yang kurus kering ke kamar mandi. Aisha membantu membawakan tiang infus. Dengan tetap kubopong, Maria diwudhui oleh Aisha. Setelah selesai, Maria kembali kubaringkan di atas kasur seperti semula. Dia menatapku dengan sorot mata bercahaya. Bibirnya tersenyum lebih indah dari biasahnya. Lalu dengan suara lirih yang keluar dari relung jiwa ia berkata:

Asyhadu an laa ilaaha illallah
wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa rasuluh!

Ia tetap tersenyum. Menatapku tiada berkedip. Perlahan pandangan matanya meredup. Tak lama kemudian kedua matanya yang bening itu tertutup rapat. Kuperiksa nafasnya telah tiada. Nadinya tiada lagi denyutnya. Dan jantungnya telah berhenti berdetak. Aku tak kuasa menahan derasnya lelehan air mata. Aisha juga. Inna lillahi wa inna ilaihi raajiun!
Maria menghadap Tuhan dengan menyungging senyum di bibir. Wajahnya bersih seakan diselimuti cahaya. Kata-kata yang tadi diucapkannya dengan bibir bergetar itu kembali terngiang-ngiang ditelinga:
“Aku masih mencium bau surga. Wanginya merasuk ke dalam sukma. Aku ingin masuk ke dalamnya. Di sana aku berjanji akan mempersiapkan segalanya dan menunggumu untuk bercinta. Memadu kasih dalam cahaya kesucian dan kerelaan Tuhan selama-lamanya.”
Sambil terisak Aisha melantunkan ayat:
Yaa ayyatuhan nafsul muthmainnah
irji’ii ilaa Rabbiki
raadhiyatan mardhiyyah
Fadkhulii fii ‘ibaadii
wadkhulii jannatii

(Hai jiwa yang tenang
Kembalilah kamu kepada Tuhanmu
dengan hati puas lagi diridhai
Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu
Maka masuklah ke dalam surga-Ku.)120

120 QS. Al-Fajr: 27-30
Saat itu Madame Nahed, terbangun dari tidurnya dan bertanya sambil mengucek kedua matanya, “Kenapa kalian menangis?”
Kaca jendela mengembun. Musim dingin sedang menuju puncaknya.
O, apakah di surga sana ada musim dingin? Ataukah malah musim semi selamanya? Ataukah musim-musim di sana tidak seperti musim yang ada di dunia?

Selesai, Rabu 8 Oktober 2003
Pukul 01: 03 dini hari. Bangetayu Wetan, Semarang
Habiburrahman Saerozi

HARAPAN CINTA



ku temukan mozaik cinta-NYA dalam deraian Asmaul Husna
di kala syahdu qolbu menderas firman-NYA
begitu lembut......................... tapi kuat meyakinkan
getaranmu teramat dekat wahai belahan jiwa
meski tak kuliha jelas di depan mata

aku yakin engkau ada
hati amat yakin jauh sebelum berjumpa
jauh sebelum bersapa
keyakinan telah mematahkan segala bimbang dan kelemahan
keyakinan telah mengehempasakan segala keputusasaan
keyakinan telah menepis segala kecurigaan
keyakinan telah membekukan beribu tanyaku dalam kemantapan
keyakinan itu pulalah yang telah membawa jejak langkanh kita menapak sejalan

kehadiranmu adalah bias cinta-NYA yang sempurna
dan kau adlah keajaiban yang ku pesan itu ... lama sebelum mengenal cinta
kau adalah separuh ruh ku yang terpisah jauh di sebrang sana ,... kau adalah bagian tulung rusuk ku
berkelana mengukir jejak langkah masing -masing ...untuk berjumpa di suatu masa

menatimu adlah rahasia Rabb alam semesta
ternyata kau tak harus letih ku cari
tapi kau telah di pilih Alloh jauh sebelum tercipta hari
dengan keagungan cinta Sang Maha Cinta
pertemuan barokah itu terasa begitu SEMPURNA




[Tausyah Ustadz Syatori Daarush Sholihat Yogyakarta ]

 

cinta untuk cinta



selaksa hati yang selalu merindu
pada damai dan bahagia
adalah cinta penyubur asa
di pelupuk jiwa yang menanti

hadirmu pasti namun kadang terabaikan
sebingkai cintai yang menghias kalbuku
bukan tuk meminta
namun tuk dipinta
itulah cintaMu

semakin kucari di dasar hati ini
semakin tak ada ruang kecuali untukMu
yang memenuhinya dengan Cinta

cinta untuk cinta....
kupeluk bahagia yang kunanti
hanya dengan cinta.
cintaMu untuk cintaku...
cintaku karena cintaMu

CINTA dirumah HASAN AL BANA


Cinta di Rumah Hasan Al-Banna Judul Resensi : Hasan Al Banna, Bukan Sembarang Ayah! Judul Buku : Cinta di Rumah Hasan Al Banna Penulis : Muhammad Lili Nur Aulia Penerbit : Pustaka Da’watuna Terbit : Juni 2009 (cetakan keempat) Tebal : 92 halaman Harga : Rp 25.000,00

Telah banyak buku yang mengupas Imam Hasan Al Banna dan keberhasilannya membangun pondasi gerakan dakwah Al Ikhwan Al Muslimin yang mengilhami geliat kebangkitan Islam di seluruh dunia. Namun, sedikit sekali referensi yang membicarakan dakwah Al Banna sebagai ayah dalam keluarganya. Nah, buku ini mencoba menghadirkan berbagai pengalaman dan kenangan anak-anak Al Banna saat ayah mereka hidup di tengah aktivitas dakwahnya yang padat. Buku ini mencoba 'mengintip' dakwah Al Banna kepada keluarganya.
Buku kecil ini bisa disebut buku saku karena kesederhanannya, menurut saya buku ini adalah buku yang sangat berbobot. Setidaknya untuk setiap pribadi yang masih dalam rencana untuk membangun keluarga dakwah (seperti saya). Secara garis besar, sebenarnya pesan global dari buku ini adalah untuk membuat sebuah pilar yang kuat dari fase bina ul-ummat, yaitu takwiinu baytul muslim, dengan sangat baik, mulai dari rencana pemilihan calon ibu/ayah untuk anak-anaknya kelak hingga saat pembinaan keluarga itu sendiri.
Buku ini dimulai dengan kisah like father like son, sebuah kisah yang menggambarkan kesholehan putra seorang Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Dilanjutkan dengan kisah dari proses pencarian istri Hasan Al-Banna. Bermula dari ketertarikan Sang Ibunda pada kelembutan suara Al-Qur’an seorang gadis pada saat beliau bersilaturahim di sebuah rumah, lalu Ibunda Hasan Al-Banna bercerita dengan anaknya. Akhirnya, berlanjutlah ke proses pernikahan.
Selanjutnya, buku ini membahas tentang bagaimana seorang muassis gerakan Ikhwanul Muslimin, dalam tingkat kesibukan yang amat sangat, tetap melaksanakan hak dan kewajiban keluarganya. Dikisahkan pula tentang seorang suami yang sangat menyayangi dan menghormati istrinya. Digambarkan bagaimana Hasan Al-Banna dengan penuh kasih sayang mendidik anak-anaknya, memberikan pemahaman tanpa kekerasan, membuat anak-anaknya cinta dengan Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan,dll
Kesan mendalam bagi saya dari buku ini adalah bagaimana Hasan Al-Banna, menanamkan nilai-nilai kesederhanaan, keikhlasan dan pengorbanan dalam keluarganya, sehingga istrinya dengan hati yang senang dan rela menyumbangkan banyak perabotan rumahnya untuk markas dakwah Ikhwanul Muslimin, sehingga dengan ikhlas dan rela, anak-anaknya menjadi orang-orang yang paling dahulu sadar dan memperjuangkan kondisi umat Islam di Palestina dan Mesir, sehingga dengan lapang, sang istri menerima jawaban sang suami saat ia memintanya membeli sebuah rumah kecil ”Wahai Ummu Wafa, sesungguhnya istana kita sedang menunggu kita di surga-Nya….”. Alangkah indahnya, sehingga dengan ikhlas dan ridha, keluarganya melepas kepergian suami dan ayah mereka, dalam kesyahidan di jalan Allah.
Saya juga terinspirasi dengan kebiasaan keluarga yang dicontohkan Hasan Al-Banna. Semisal, makan pagi bersama tiap pagi, membaca Al-Qur’an bersama-sama setiap ba’da magrib, dan pergi ke toko buku tiap bulan untuk membeli buku-buku yang bermanfaat. Buku ini mengisahkan bagaimana Hasan Al Banna dalam menanamkan keimanan dan kecintaan terhadap Islam, bagaimana sikapnya terhadap kekeliruan-kekeliruan yang dilakukan anaknya, bagaimana bentuk perhatiannya terhadap pendidikan, kebiasaan beliau mendokumentasikan perkembangan dan riwayat sakit yang pernah dialami masing-masing anak, lengkap dengan catatan kapan saja si anak sakit, sakit apa, obat apa yang pernah diberi, berikut rekomendasi dan resep-resep dokter. Pendeknya sampai hal terkecil pun didokumentasikan secara detail dan rapi. Hal ini saya kira bukan pekerjaan mudah yang tidak menyita waktu, apalagi di tengah aktivitas dakwahnya yang demikian padat. Dari sini kita diyakinkan bahwa tidak ada dikotomi antara keluarga dan dakwah. Pun tidak akan ada pertanyaan: "Mana yang lebih penting, dakwah untuk ummat atau membina keluarga?"
Memang perilaku Hasan Al Banna dalam mendidik anak-anaknya belum tentu mencerminkan sesuatu yang ideal. Semua yang ideal tetap milik Rasulullah SAW sebagaimana ucapan beliau, "Wa anaa khairukum li ahlii..." (Aku adalah orang yang paling baik di antara kalian kepada keluarga). Tapi, apa yang dilakukan Hasan Al Banna seperti yang tertera di buku ini, merupakan contoh lahir yang bisa menjadi inspirasi kebaikan bagi kita semua.
Bagi sahabat, para abi/calon abi sekalian, atau para ikhwah calon arsitek pembangun rumah tangga dakwah, buku ini cocok buat dibaca, karena di dalamnya tertuang banyak contoh nyata dari seorang para pejuang dakwah dalam memposisikan diri secara lebih tepat saat mengemban amanah, baik dalam keluarga maupun dakwah.
Selamat membaca, merenungkan, dan mempraktikkannya!

ketika CINTA datang MENYAPA

Bismillahirrokhmanirrokhiim,....

“Jatuh cinta berjuta rasanya …”, begitu syair lagu ciptaan Titik Puspa. Konser Dewa, Atas Nama Cinta, dihadiri ribuan penggemar mereka. Album terakhir mereka pun, Cintailah Cinta pun terjual diatas 1 juta copy. Dan entah berapa banyak lagi lagu, kata, ungkapan, syair, puisi yang berbau cinta begitu mengharu biru dunia ini.
Hmm..perasaan jatuh cinta memang sukar dijelaskan dan ditebak, karena penuh dengan gejolak. Semua saran dan nasihat ditolak, bahkan nalar pun bisa terdepak oleh perasaan mabuk kepayang yang membikin rasa melayang-layang. Itulah dahsyatnya perasaan yang satu ini. Gedubrak !!!
Apakah karena itu kita tak boleh mencintai dan dicintai? Uups…tentu saja boleh, karena cinta adalah pemberian Allah Subhanahu wata'ala. Mencintai dan dicintai adalah karunia, sekaligus panggilan hidup kita. Tak pernah merasakan jatuh cinta, bukanlah manusia, karena manusia pasti merasakan cinta [QS Al Imran:14] Bahkan, cinta merupakan ruh kehidupan dan pilar untuk kelestarian ummat manusia.
Islam juga gak phobi sama yang namanya cinta kok, bahkan Islam mengakui fenomena cinta yang tersembunyi dalam jiwa manusia. Namun, bukan dalam komoditas rendah dan murah lho. Artinya, tingkatan mencintai sesuatu itu ada batasnya. Jika cinta itu malah membawanya kepada perbuatan yang melanggar syariat, nah…kore wa dame da!*
Hmm…cinta itu katanya jelmaan perasaan jiwa dan gejolak hati seseorang, wuis…puitis banget! Nah, dalam Islam kalau kita merujuk QS: At Taubah 24, maka cinta dapat dibagi dalam 3 tingkatan, yaitu:
1. Cinta kepada Allah, Rasul-Nya dan jihad di jalan-Nya
2. Cinta kepada orangtua, istri, kerabat dan seterusnya
3. Cinta yang mengedepankan cinta harta, keluarga dan anak istri melebihi cinta kepada Allah, Rasul dan jihad di jalan Allah.

Lalu gimana dong, kalau cinta itu datang, menghampiri dan menggoda di luar pernikahan? Nah lho, puyeng deh kalo gini! Padahal cinta itu kan timbul memang dari sononya, muncul dari segi zat atau bentuknya secara manusiawi wajar untuk dicintai. Normal aja kan, jika memandang sesuatu yang indah, kita akan mengatakan bahwa itu memang indah, masa’ sih dibilang jelek!
Menurut Imam Ibnu al-Jauzi, “Kecintaan, kasih sayang, dan ketertarikan terhadap sesuatu yang indah dan memiliki kecocokan tidaklah merupakan hal yang tercela serta tak perlu dibuang. Namun, cinta yang melewati batas ketertarikan dan kecintaan, maka ia akan menguasai akal dan membelokkan pemiliknya kepada hal yang tidak sesuai dengan hikmah yang sesungguhnya, hal seperti inilah yang tercela.”

Waduh…gimana dong, lagi jatuh cinta nih! Problem…problem… mana masih kuliah, kerjaan belon ada, masih numpang ama orangtua, wah…nih cinta kok gak pengertian ya!
Kalem dong, jangan blingsatan begitu. Emangnya jatuh cinta masalah kamu aja, ya…gak lagi! Nabi Yusuf alaihi salam. aja pernah jatuh cinta lho, bahkan kepada seseorang wanita yang telah menjadi istri seseorang. Eits…protes deh! Iya deh, kalau bukan cinta, paling gak, tertarik dan terpesona, boleh kan?

Buka deh surat Yusuf, romantika kisah beliau diceritakan dengan tuntas, awal, proses, konflik hingga klimaks dan ending-nya. Nah lho…Nabi aja bisa punya ‘konflik’ seperti itu, apalagi kamu, iya kan? Romantika cinta beliau bukan kacangan, atau pepesan kosong, namun apa yang dialami beliau bisa menjadi pelajaran buat kita bagaimana kalau cinta itu demen banget menggoda kita. Beliau sadar, dan mengerti betul bahwa itu terlarang, meski ada gejolak di hatinya [QS Yusuf: 24]

Namun… Kondisi di atas itu gak terjadi begitu aja lho, karena sebelumnya Nabi Yusuf alaihi salam. pun telah berusaha untuk menolaknya saat wanita itu terus merayunya. Eh…nabi Yusuf pun dikejarnya, dan yang dikejar malah lari terbirit-birit, wuus…

Lantas apa dong pelajaran yang bisa kita ambil, saat cinta itu menggoda kita? Pelajarannya adalah:

1. Setiap orang memiliki rasa tertarik dengan lawan jenisnya, perasaan ini manusiawi, fitrah sekaligus anugerah.
2. Namun, gejolak itu harus diatur lho, kalau gak maka kita akan terperosok ke jurang kenistaan, karena diperbudak gejolak jiwanya. Lantas jadi merana deh, angan-angan melulu. Innan nafsa la ammaaratun bis-suu, sesungguhnya nafsu itu selalu mengajak kepada kejahatan kecuali nafsu-nafsu yang diberi rahmat oleh Allah [QS Yusuf:53].
3. Kalau kita jatuh cinta pada lawan jenis, dan mengharapkan terbalaskan cintanya, maka saat itu ada sebagian dari akal dan logika yang hilang. Sekian banyak pertimbangan akal sehat yang dipunyai jadi ngadat, gak jalan! Gak percaya? Coba deh, ntar kalau kamu tambah dewasa, udah nikah, mungkin mikir, “Kok, dulu begitu ya?”, “Kok, dulu gak mikir ya?”, dan “kok-kok” yang lain.
4. Dulu waktu ngejar-ngejar, wah…dimana-mana hanya terpampang wajah dia seorang, kekasih hati. Tidur gak nyenyak, makan pun terasa gak enak, bukan karena banyak nyamuk atau lauknya gak enak, dunia ini pun hanya untuk berdua, yang lain ngontrak, ck…ck…ck… Kalau gak ketemu, rasanya gimana gichuu. Dikejar setengah mati deh, pokoke mesti dapet! Tapi begitu udah dapat, lalu masuk dunia rumah tangga, gejolak itu bisa berganti dengan rutinitas dan bisa bosan. Itulah sifat manusia, karena itu bila mencintai seseorang, cintailah sewajarnya, siapa tahu ntar kamu benci padanya. Begitu juga sebaliknya, kalau benci, bencinya yang wajar aja deh, siapa tahu ntar malah jatuh cinta :)
5. Ingat lho, gak semua yang kita inginkan itu harus terpenuhi, kalau gak mau dibilang egois. Tidak semua cita-cita itu harus terkabul, dan tidak pula semua gejolak harus dituruti. Di dunia ini ada banyak pilihan, kalau gak dapat yang satu, pilihan lain masih banyak kan? Siapa tahu malah lebih baik. Makanya buka mata lebar-lebar, masa’ sih cuma ada dia aja di dunia ini, emang yang lain kemana bo!
6. Tidak semua yang kita anggap baik itu baik, dan tidak semua yang dianggap indah itu indah. Segala sesuatu itu pasti ada cacat dan cela-nya. Saat jatuh cinta sih, wuah…indah buanget, tiada cacat dan cela. Padahal bisa aja kan, cacat dan cela itu jauh lebih banyak dari baik dan indahnya.
7. Akhirnya, kalau kamu udah sampai pada puncak cinta, yaitu pernikahan, ingat deh kalo puncak masalah pernikahan itu bukanlah pada siapa yang akan jadi pasangan kita, tapi gimana agar kita bisa survive di dalamnya, siapapun pasangan kita, dan cintailah siapa yang menjadi suami or istri kita tercinta ,... karena dialah anugerah terindah yang telah Alloh karuniakan kepada kita ,... dan tentu saja teruslah bercinta sampai ke surga-NYA dalam naungan Rahmat & Ridho-NYA ,Insya'alloh ^_^


 Demikian Semoga membantu ana sendiri untuk intropeksi diri ya dan semoga bermanfaat untuk  akhi wa ukhti, jangan lupakan Allah Subhanahu wata'ala kalau antum jatuh cinta ya. Jatuh cinta-lah karena Allah Subhanahu wata'ala, karena kasih sayangnya akan meluruh ke jiwa.iNSYA'ALLOH
Wallahu a`lam bis-shawab.

ANUGRAH CINTA

Bismillahirrokhmanirrokhiim,..


Cinta adalah salah satu pesan agung yang Allah sampaikan kepada umat manusia sejak awal penciptaan makhluk-Nya. Dalam salah satu hadis yang diterima dari Abu Hurairah, Rasulullah sholallohu alaihi wa sallam bersabda, ”Ketika Allah mencipta makhluk-makhluk-Nya di atas Arsy, Dia menulis satu kalimat dalam kitab-Nya, ‘Sesungguhnya cinta kasihku mengalahkan amarahku’.”(HR Muslim). Atau dalam versi yang lain, ”Sesungguhnya cinta kasihku mendahului amarahku.” (HR Muslim).
Dalam kehidupan manusia, cinta sering direfleksikan dalam bentuk dan tujuannya yang beragam. Ada dua bentuk cinta. Pertama, cinta karena Allah. Kedua, cinta karena manusia. Seseorang yang mencintai orang lain karena Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan mengarahkan cinta itu sebagai media efektif untuk saling memperbarui dan saling introspeksi diri, sudah sejauh mana pengabdian kita kepada Allah. Cinta model ini akan berujung pada kepatuhan total dan ketundukan tulus, bahwa apa yang dilakukannya adalah semata-mata karena pembuktian cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya.
Seseorang yang mencintai orang lain karena manusia, akan banyak menimbulkan persoalan serius. Cinta ini sifatnya singkat, karena cinta model ini biasanya muncul karena dorongan material dan hawa nafsu. Dua hal yang sering membuat manusia lalai dalam kenikmatan duniawi.
Rabi’ah al-Adawiyah, seorang tokoh sufi terkemuka, suatu ketika pernah berlari-lari di jalan sambil membawa seember air dan api. Ketika ditanya oleh seseorang tentang apa yang sedang dilakukannya, Rabi’ah tegas menjawab bahwa ia membawa air untuk menyiram api neraka, dan membawa api untuk membakar surga. Rabi’ah memberikan alasan, bahwa hanya karena niat ibadah untuk memperoleh surga dan terhindar dari api neraka inilah, kebanyakan manusia melupakan tujuan hakiki ibadahnya. Padahal, ibadah bukanlah bertujuan untuk memperoleh surga atau menghindari neraka. Ibadah merupakan bentuk cinta tulus ikhlas kepada Allah semata.
Pergaulan hidup juga mesti dilandasi cinta. Dengan itu, kehidupan akan berjalan harmonis dan langgeng. Cinta yang diajarkan Allah Subhanahu Wa Ta 'ala adalah cinta yang berujung pada keabadian, karena Allah sendiri adalah Zat yang abadi dan tak pernah rusak. Maka, keabadian, keharmonisan, dan kesejahteraan umat manusia akan tercapai jika cinta yang ada pada diri manusia ditujukan semata-mata karena Allah. Allah Subhanahu wata'ala sendiri yang mengingatkan manusia, bahwa Dia tidak akan pernah mendahulukan amarah-Nya. Cinta Allah yang menyebar di alam semesta inilah yang menjadi bukti bahwa keharmonisan itu benar-benar terjadi.
Seseorang yang tidak melakukan cinta model yang Allah Subhanahu wata'ala ajarkan tidak akan berhasil mendapatkan cinta Allah. Dalam salah satu hadisnya, Rasulullah Sholallohu alaihi wa sallam bersabda, ”Siapa yang tidak mencintai manusia, maka ia tidak akan Allah cintai.” (HR Al-Bukhari). Model cinta yang Allah ajarkan adalah cinta tertinggi, kerena selain berakibat pada kebahagiaan abadi di akhirat, imbasnya bagi kehidupan dunia pun akan terasa.
                                                                           
                                                                                 Wallahu a’lam.

UNTUK CALON ZAUD KU KELAK


 
Untuk Calon Suamiku….. Bila Allah mengizinkan kita bertemu kelak . . . Bila Allah mewujudkan takdir pernikahan kita kelak . . .
Dan bila kemudian disaat kita hidup bersama, lantas terlihat sisi salah pada diriku, semoga Allah mengkaruniakanmu kemampuan untuk melihat sisi baikku. Sungguh Allah subahanahu wata'ala yang mempertemukan dan menyatukan hati kita berpesan,

 
“Dan pergaulilah mereka (isterimu) dengan baik. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” [QS: An Nisa' 19].


Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang kita cintai pun berpesan,
“Sempurnanya iman seseorang mukmin adalah mereka yang baik akhlaknya, dan yang terbaik (pergaulannya) dengan istri-istri mereka.” Jika engkau melihat kekurangan pada diriku, ingatlah kembali pesan beliau, Jangan membenci seorang mukmin (laki-laki) pada mukminat (perempuan) jika ia tidak suka suatu kelakuannya pasti ada juga kelakuan lainnya yang ia sukai. (HR. Muslim)


Sadarkah engkau bahwa tiada manusia di dunia ini yang sempurna segalanya? Bukankah engkau tahu bahwa hanyalah Alllah yang Maha Sempurna. bukankah kurang bijaksana bila kau hanya menghitung-hitung kekurangan pasangan hidupmu? Janganlah engkau mencari-cari selalu kesalahanku, padahal aku telah taat kepadamu.
Saat diriku rela pergi bersama dirimu, kutinggalkan orangtua dan sanak saudaraku, ku ingin engkaulah yang mengisi kekosongan hatiku. Naungilah diriku dengan kasih sayang, dan senyuman darimu. Ku ingat pula saat aku ragu memilih siapa pendampingku, ketakwaan yang terlihat dalam keseharianmu-lah yang mempesona diriku. Bukankah sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, Ali bin Abi Tholib saat ditanya oleh seorang, “Sesungguhnya aku mempunyai seorang anak perempuan, dengan siapakah sepatutnya aku nikahkan dia?” Ali r.a. pun menjawab, “Kawinkanlah dia dengan lelaki yang bertakwa kepada Allah, sebab jika laki-laki itu mencintainya maka dia akan memuliakannya, dan jika ia tidak menyukainya maka dia tidak akan menzaliminya.” Ku harap engkaulah laki-laki itu, duhai calon suamiku.
Saat terjadi kesalahan yang tak sengaja ku lakukan, mungkin saat itu engkau mendambakan diriku sebagai istri tanpa kekurangan dan kelemahan. Perbaikilah kekurangan diriku dengan lemah lembut, janganlah kasar terhadapku. Bukankah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam telah mengajarkan kepada dirimu, saat Muawiah bin Ubaidah bertanya kepada beliau tentang tanggungjawab suami terhadap istri, beliaupun menjawab, “Dia memberinya makan ketika ia makan, dan memberinya pakaian ketika dia berpakaian.” Janganlah engkau keras terhadapku, karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pun tak pernah berbuat kasar terhadap istri-istrinya.
Duhai Calon Suamiku…
Tahukah engkau anugerah yang akan engkau terima dari Allah di akhirat kelak? Tahukah engkau pula balasan yang akan dianugerahkan kepada suami-suami yang berlaku baik terhadap istri-istri mereka? Renungkanlah bahwa,

 
“Mereka yang berlaku adil, kelak di hari kiamat akan bertahta di singgasana yang terbuat dari cahaya. Mereka adalah orang yang berlaku adil ketika menghukum, dan adil terhadap istri-istri mereka serta orang-orang yang menjadi tanggungjawabnya.” [HR Muslim].



Kudoakan bahwa engkaulah yang kelak salah satu yang menempati singgasana tersebut, dan aku adalah permaisuri di istanamu.
Jika engkau ada waktu ajarkanlah diriku dengan ilmu yang telah Allah berikan kepadamu. Apabila engkau sibuk, maka biarkan aku menuntut ilmu, namun tak akan kulupakan tanggungjawabku, sehingga kelak diriku dapat menjadi sekolah buat putra-putrimu. Bukankah seorang ibu adalah madrasah ilmu pertama buat putra-putrinya? Semoga engkau selalu mendampingiku dalam mendidik putra-putri kita dan bertakwa kepada Allah.

 

Ya Allah, Engkau-lah saksi ikatan hati ini… Engkau-lah yang telah menentukan hatiku jatuh pada lelaki ini, jadikanlah cinta ku pada calon suamiku ini sebagai penambah kekuatan ku untuk mencintai-Mu. Namun, kumohon pula, jagalah cintaku ini agar tidak melebihi cintaku kepada-Mu, hingga aku tidak terjatuh pada jurang cinta yang semu, jagalah hatiku padanya agar tidak berpaling pada hati-Mu. Jika ia rindu, jadikanlah rindu syahid di jalan-Mu lebih ia rindukan daripada kerinduannya terhadapku, jadikan pula kerinduan terhadapku tidak melupakan kerinduannya terhadap surga-Mu. Bila cintaku padanya telah mengalahkan cintaku kepada-Mu, ingatkanlah diriku, jangan Engkau biarkan aku tertatih kemudian tergapai-gapai merengkuh cinta-Mu.
Ya Allah, Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu, telah berjumpa pada taat pada-Mu, telah bersatu dalam dakwah pada-Mu, telah berpadu dalam membela syariat-Mu. Kokohkanlah ya Allah ikatannya. Kekalkanlah cintanya. Tunjukilah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati ini dengan nur-Mu yang tiada pernah pudar. Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal di jalan-Mu.

        Aamin ya rabbal ‘alaamin.


inilah cara ku MENCINTAI mu

 
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ .
.. dengan tak menghubungimu, tak juga mengirim pesan untuk menanyakan kabarmu, dan bahkan sekedar chatting untuk menyapamu, aku mencintaimu dengan menjauh darimu, bukan karena aku me...mbencimu, namun karena aku ingin menjagamu dan menjaga diriku sendiri dari khalwat yang menjebak, aku mencintaimu dengan menjaga diriku dan dirimu, menjaga kesucianku dan kesucianmu, menjaga kehormatanku dan kehormatanmu, menjaga kebeningan hatiku dan hatimu, ya...... Beginilah caraku mencintaimu, mencintaimu dalam diamku, karena diamku adalah bukti cintaku padamu.. dan sekarang, keadaan menegurku, sehingga dapat membantu menyadarkanku dari kesalahan yang telah aku perbuat, meskipun pesonamu terhadapku belum pulih, belum pulih.. aku tak bisa memungkiri, bahwa setiap manusia pasti akan merasakan fitrahnya, termasuk permasalahan ketertarikannya terhadap lawan jenis, maka jika harus demikian, untuk apa jika hati ini aku tambatkan kepada siapa yang bukan orangnya nanti, jika memang hati ini sangat peka terhadap pengaruh diri yang memilikinya ketika hati ini salah dalam pengelolaanya, oleh karenanya... jika aku harus mencintai lawan jenis adalah fitrahku sebagai manusia, maka aku akan mencoba untuk mencintai siapa yang akan menikah denganku nanti, walaupun aku belum pernah bertemu dengannya, lantaran pasti Allah akan mempertemukanku dengannya, sehingga usahaku yang sia-sia akan cenderung berkurang di dalam lingkup fitrahku, Insya Allah..... Kalau saja Allah menjadikan aku menikah dengan seorang pria yang ditakdirkan Allah kepadaku, maka untuk apa aku berharap dan menghabiskan waktuku kepada yang lainnya, yang belum tentu akan menjadi isumiku  kelak, sedangkan hati ini mudah terdominasi dengan sesuatu hal yang lain, Dan rasa ketertarikanku cukuplah akan aku tumpahkan kepada suami ku kelak.. Yaa Allah, sucikanlah hatiku hanya untuk siapa yang pantas menempatinya dengan keridhoanMu, cukup dia sajalah yang aku cintai karena aku tidak menginginkan keburukan ketika aku berbuat salah terhadap hatiku,





 áƒ¦áƒ¦ ANA UHIBUKKA LADZI AHBABTANI LAHUUღღ (¯`v´¯)SALAM SANTUN UKHUWAH.(¯`v´¯) `·.¸.·`(´'`v´'`) ♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥(´'`v´'`)`·.¸.·` Semoga bermanfaat InsyaAllah

~** KEKUATAN CINTA **~



 


Ukuran integritas cinta adalah ketika ia bersemi dalam hati…terkembang dalam kata… terurai dalam perbuatan…
Kalau hanya berhenti dalam hati, itu cinta yang lemah dan tidak berdaya. Kalau hanya berhenti dalam kata, itu cinta yang disertai dengan kepalsuan dan tidak nyata…
Kalau cinta sudah terurai jadi perbuatan, cinta itu sempurna seperti pohon; akarnya terhunjam dalam hati, batangnya tegak dalam kata, buahnya menjumbai dalam perbuatan. Persis seperti Iman, terpatri dalam hati, terucap dalam lisan, dan dibuktikan oleh amal.
Semakin dalam kita merenungi makna cinta, semakin kita temukan fakta besar ini, bahwa cinta hanya kuat ketika ia datang dari pribadi yang kuat, bahwa integritas cinta hanya mungkin lahir dari pribadi yang juga punya integritas. Karena cinta adalah keinginan baik kepada orang yang kita cintai yang harus menampak setiap saat sepanjang kebersamaan….


~** takdir CINTA **~


Ternyata senyuman dapat menjadikan seseorang terbuka hatinya.
Cinta mungkin tidak akan berlangsung selamanya, tapi ia akan bertahan.
Bertahan begitu lama dan kuat, hingga kita tahu bahwa dia mengkhianati cinta kita.
Banyak kepedihan yang tersimpan dalam kisah kisah cinta sejati.
Cinta menimbulkan kepedihan.
Cinta menyembuhkan kepedihan.
Dan, cinta itu adalah kepedihan. Di mana ada cinta, maka kepedihan tak pernah jauh darinya.
Cinta akan memenuhi hati kita, menghancurkan hati kita, dan menyembuhkan hati kita yang terluka.
Kisah cinta tidak ada akhir yang membahagiakan, sebab cepat atau lambat cinta itu tetap abadi hingga salah satu pihak akan berpulang lebih dulu, meninggalkan orang lainnya dalam kepedihan dan duka cita.
Cinta itu buta dan cinta dapat membukakan mata. Cinta tak pernah merupakan akhir, namun selalu ada kelanjutannya, atau harapan bagi yang menjalaninya.
Setiap kisah cinta tak akan pernah berakhir bahagia, cepat atau lambat.
Kalau kau memusatkan perhatian untuk memberikan cinta, tugasmu akan terasa lebih kecil namun hasilnya besar.
Kalau kau memusatkan perhatian untuk mendapatkan cinta, tugasmu akan terasa lebih besar namun hasilnya kecil.
Kita akan tetap saling mencintai apabila kita dapat menerima setiap perubahan.
Hal yang tersedih adalah apabila orang yang mendatangi kita pergi berjalan menjauh, dan perasaan kita bertambah sedih seiring banyaknya langkah kaki saat ia meninggalkan kita.
Hanya seorang pecundang yang tidak berani mengungkapkan perasaan cintanya kepada orang yang dicintai. Mengingat cinta dimasa lalu hanya menambah kita menderita kepedihan hati, dan akan berhenti hingga kita berhenti mengingat masa lalu menjadikannya pengalaman berharga, dan menemukan cinta sejati.
Aku adalah seorang yang telah kehilangan sinarnya, kini hatiku gelap tapi aku terus berusaha mencari sinar yang akan menerangi hatiku kembali.
Aku hanya duduk termenung menanyakan kedalam hati tentang sinar yang datang dan menerangi hatiku walaupun samar-samar.
Terkadang…Akrab lebih baik Dari pada Cinta…
Diam lebih baik Dari pada bicara…& Senyum lebih baik Dari pada tertawa…
Yang berlalu biarlah berlalu, karena bagaimanapun semua telah berakhir. Biarkan semuanya tenggelam bersama matahari.
Tidak usah menangisi kepergiannya. Dia tidak akan melihatku berdiri tertegun melihatmu, sekalipun hanya sedetik, karena engkau telah pergi meninggalkanku dan tidak akan kembali kepadaku selamanya.
Allah tidak akan mengambil sesuatupun dari mahluknya, kecuali Dia akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik. Kau akan melihat sendiri keceriaan wajahnya jika kau bertemu dengannya seolah kau memberikan kepadanya sesuatu yang kau sendiri memerlukannya.
Cintailah sesuatu yang kamu cintai sekadarnya saja, karena bisa jadi suatu saat nanti ia akan menjadi sesuatu yang kamu benci; Dan bencilah sesuatu yang kamu benci sekadarnya saja, karena bisa jadi pada suatu saat nanti ia akan menjadi sesuatu yang kamu cintai.
Tidak ada satu tarikan napaspun yang kau hembuskan, melainkan ada takdir yang dijalankan-Nya pada dirimu. Karena itu, tunduklah pada-Nya dalam setiap keadaan. Semua pasti sudah direncanakan oleh-Nya.
Semoga semua ini membawa kebaikan untuk kita semua. Masa lalu dapat kita gantungkan sebagai pajangan, tapi tidak perlu diacuhkan.Kita harus mengurung, melupakan, mengikatnya dengan tali yang kuat agar tidak dapat.
keluar berlari melihat cahaya. Kita takkan bisa berlari dari kenyataan bahwa kita manusia tempatnya salah dan lupa. Setiap manusia pasti punya kesalahan dan sakit hati tapi hanya yang pemberani dan berjiwa pengasih yang berani mengakui dan memaafkan.
Cinta adalah 3/4 mimpi mimpi dan 1/4 kenyataan. Mulai timbul masalah kalau kau jatuh cinta pada mimpi mimpi itu, bukan pada kenyataanya. Tapi kau akan menemukan cinta sejati kalau kau jatuh cinta pada keduanya.


~** BAHAGIA MERAYAKAN CINTA **~



Saat mereka mendoakan,” Baarakallahu laka....”. Kubisikkan padamu,” Cintamu, sehangat ciuman bidadari...”. Kau menjawab,” Ada barakah di kala bidadari cemburu padamu.”
Ketika mereka meminta lagi pada Allah, “Wa baarakallahu ‘alaika...”. Lirikanmu menyelisik hatiku, “ Dalam badai, dekap aku lebih erat!”. “Bersama barakah, masalah akan menguatkan jalinan”, begitu kau kuyakinkan.
Lalu mereka menutup,” Wa jama’a bainakuma fii khaiir...”. Maka tangan kita saling berpaut dan jemarinya menyatu, “ Genggam tanganku, rasakan kekuatan cinta!” Maka sempurnalah tiga perayaan cinta.
Di saat apapun barakah itu membawa kebahagiaan. Sebuah letup kegembiraan di hati, kelapangan di dada, kejernihan di akal, dan rasa nikmat di jasad. Barakah itu memberi suasana lain dan mencurahkan keceriaan musim semi, apapun masalah yang sedang membadai rumah tangga kita. Barakah itu membawakan senyum meski air mata menitik-nitik. Barakah itu menyergapkan rindu di tengah kejengkelan. Berakah itu menyediakan rengkuhan dan belaian lembut di saat dada kita sesak oleh masalah.
Baarakallahu Laka, Bahagianya Merayakan Cinta.

...adalah penggalan dari isi buku Baarokallohu Laka,Bahagianya Merayakan Cinta , karangan Salim A. Fillah  hmm jadi peb=nasaran ingin membaca nya dengan lengkap , ... apalagi untuk menuju ke sana , yah suatu mahligai pernikahan, Insya'alloh

~** Izinkan aku menggelar sajadah bersamanya **~




Tentang dia…
Aku melihatnya dalam siluet senja
Terbalut jilbab panjangnya
...
Berdiri terpesona
Memandang lepas horison penuh makna
Angin senja mengabarkan padaku
Getar Subhanallah yang terucap dari bibirnya
Diantara deru ombak yang membasahi kaus kakinya

Terucap Subhanallah dalam hatiku
Atas hamba yang tafakur dalam geraknya
Terpesona dalam medannya
Tergerak menuju cita

Dibatas horison itu, dia yakin akan surga
Keyakinan yang menghunjam dada
Menggetar bibir untuk berdzikir
Merentang tangan untuk sesama
Menebar senyum penuh damai

Menuturkan bahasa lembut yang menyentuh
Membuka hati yang biru untuk mengadu
Tentang dia…

Hamba dalam siluet senja itu
Tertangkup tangan doa bahagia untuknya
Terbisik harapan pada Robbi…

Ya Allah….
Izinkan aku menggelar sajadah bersamanya
Beralas cinta berujung surga
Yang menenggelamkan kami dalam sujud penuh kerinduan kepada-Mu
Dalam takbir yang mengakui Keagungan-Mu
Dalam salam yang mengingatkan kami bermanfaat bagi sesama
Dalam wudhu yang membersihkan hati kami untuk melihat Wajah-Mu
Dalam tilawah yang kami lantunkan penuh haru
Dalam dzikir yang tiada akhir
Yang membuat kami semakin kagum akan Pesona-Mu
Menyukuri ayat-ayat Cinta-Mu yang Kau bentangkan pada kami
Yang menetapkan kami menjadi Akhlakul Karimah Rohmatan lil Alamin

Ya Allah…
Izinkan aku menggelar sajadah bersamanya
Aamiin…

~** seorang perindu ,...**~



Terdapat kamar rahasia menyimpan kisah CINTA seorang perindu.....
 Digenggaman tangannya ada ukiran nama yang dibawa kemana mana.....
Di ranjang ada berserakan kertas putih, tinta, pena emas dan puisi yang masih belum siap.....
Bukan kamar diraja yang rapi indah milik seorang puteri.....
Tapi kamar yang berserakan CINTA abadi.....
Kamar yang mengisi jutaan ayat ayat CINTA.....
ketika CINTA mulai bertasbih.....


 dalam duka..
kita berguru pada hujan..
yang terus menyiram.. arang hitam.. dengan kesabaran.. siang malam..
kuncup-kuncup pun bermekaran.. meneguhkan harapan-harapan.."


"Tuhan mabukkanlah aku..
Dengan anggur cinta-Mu..
Rantai kaki erat-erat.. Dengan belenggu penghambaan..
Kuraslah seluruh isi diriku.. Kecuali cinta-Mu..
Lalu recai daku..
Hidupkan lagi diriku..
Laparku yang maha pada-Mu..
Telah membuatku.. Berlimpah karunia.."

Tuhan ku, hati ini telah begitu rindu....
bila bila masa kan tiba jua
kembali ku dalam rengkuhan kasih-MU

                         >>>  yang merindu setitis kasih-MU