~** TERpesONA kISah CinTA kahli Gibran **~




“…Setiap hati mendamba hati lain, hati yang bisa diajak untuk bersama-sama mereguk madu kehidupan dan menikmati kedamaian sekaligus melupakan penderitaan hidup…” (penggalan surat Kahlil Gibran kepada May Ziadah, 1-3 Desember 1923)

Siapa tidak mengenal Kahlil Gibran? Penyair dan pelukis ternama kelahiran Lebanon, 6 Januari 1883 ini telah banyak melahirkan puisi-puisi romantis, religius, dan sedikit dibumbui kritik sosial yang tetap humanis.

Jujur, secara pribadi saya kurang tertarik membaca puisi dibanding membaca karya sastra lain, seperti cerpen atau novel. Puisi bersifat personal, kadang hanya bisa dinikmati oleh penulisnya sendiri hingga orang lain sulit menangkap maknanya atau menikmati untaian katanya seperti kita menikmati pemandangan. Bagi orang yang memiliki jiwa seni tinggi mungkin mampu mengapresiasi dengan baik dan dapat menikmati keindahannya. Akan tetapi, bagi saya yang orang awan di dunia seni, terasa biasa-biasa saja.

Namun, berbeda nuansanya ketika saya membaca karya-karya Kahlil Gibran. Untaian kata-katanya begitu “dalam” sarat makna, membuatku terpesona hingga sampai di ujung kata. Ibarat minuman, nikmat hingga tetes terakhir. Ibarat makanan, nikmatnya hingga jilatan tangan menjadi licin.

Ada satu lagi yang membuat saya terpesona begitu dalam dengan sosok Kahlil Gibran, yaitu kisah cintanya dengan May Ziyadah, seorang satrawan yang karya-karyanya banyak diminati orang. Dia seorang tokoh kunci dari Nahda di panggung sastra Arab pada awal abad XX dan dikenal sebagai seorang "feminis Palestina awal" dan "pelopor feminisme Oriental”. Wanita bernama lengkap Marie Elias Ziyada ini lahir di Nazareth, Palestina, pada 11 Februari 1886. Karena terpisah di dua Negara yang lumayan jauh−Kahlil Gibran di New York sedangkan May Ziyadah di Mesir−mereka cukup berpuas diri dengan saling berkirim surat. Mereka menjalin cinta melalui surat selama kurang lebih 20 tahun tanpa pernah bertemu muka. Hanya foto diri mereka yang bisa dilihat tanpa hadir langsung secara fisik hingga akhir hayat.


Soe Sudarjo dalam tulisannya berjudul May Ziadah: Ironi Cinta Sang Pujangga yang dimuat dalam majalah Muslim Insani, menuliskan sebagai berikut.

“Korespondensi antar-keduanya dimulai pada 1912, ketika May berkirim surat kepada Gibran mengenai tokoh Selma Karameh yang terdapat dalam Broken Wings. May sangat tersentuh dengan kisah dalam Broken Wings, yang menurut cita rasanya terlalu liberal. Menurut May, nasib yang menimpa Selma merupakan cerminan rasa ketidakadilan atas persamaan hak-hak kaum perempuan. Sejak itulah keduanya saling berkirim argumen melalui surat. Di kemudian hari, saat Gibran menetap di Amerika, May sempat menjadi editor untuk tulisan-tulisan Gibran, menggantikan posisi Mary Haskell. Pada 1921, Gibran berhasil memperoleh foto May.

Tak hanya “curhat” mereka berdua, Love Letters sebenarnya bisa dipahami sebagai ungkapan cinta yang universal, yang mendasari sebagian besar karya-karya Gibran. Dalam peta susastra dunia, nama Gibran memang layak digarisbawahi sebagai salah seorang penyair yang membawa “wahyu” cinta dan kedamaian. Meski dibesarkan sebagai penganut ajaran Kristen Maronite, Kahlil Gibran juga menyatakan keagungan Alquran dan potensinya bagi inspirasi spiritual, sosial, dan sastra. Dunia Barat dan Timur yang dia selami dan jelajahi menumbuhkan kesadaran rekonsiliasi antar-kutub itu, yang diwakili Islam dan Kristen.”

Cinta model Kahlil Gibran dalam rindu-dendamnya akan May Ziyadah ini biasa disebut cinta platonis, cinta yang mampu mendatangkan gairah karena kerinduan begitu besar meskipun di dalam dunia khayal. Erich Fromm dalam bukunya The Art of Lovin, mengategorikan cinta seperti ini ke dalam jenis “cinta menjadi [to be]”, yang tidak lagi dikurung dalam keinginan untuk memiliki, tetapi menyayangi, taklebih. Berlawanan dengan jenis kedua, yaitu “cinta memiliki [to have]”, yang mengharuskan keduanya berada dalam ‘mahligai’ sebab cinta itu mesti menyatu.

Dalam puisinya Kahlil berucap.
“Jika cinta tidak dapat mengembalikan engkau kepadaku dalam kehidupan ini… pastilah cinta akan menyatukan kita dalam kehidupan yang akan datang”

“Apa yang telah kucintai laksana seorang anak kini tak henti-hentinya aku mencintai… Dan, apa yang kucintai kini… akan kucintai sampai akhir hidupku, karena cinta ialah semua yang dapat kucapai… dan tak ada yang akan mencabut diriku dari padanya”

“Kemarin aku sendirian di dunia ini, kekasih; dan kesendirianku… sebengis kematian… Kemarin diriku adalah sepatah kata yang tak bersuara…, di dalam pikiran malam. Hari ini… aku menjelma menjadi sebuah nyanyian menyenangkan di atas lidah hari. Dan, ini berlangsung dalam semenit dari sang waktu yang melahirkan sekilasan pandang, sepatah kata, sebuah desakan dan… sekecup ciuman”

“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana… seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu… Aku ingin mencintaimu dengan sederhana… seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada…” 
“…pabila cinta memanggilmu… ikutilah dia walau jalannya berliku-liku… Dan, pabila sayapnya merangkummu… pasrahlah serta menyerah, walau pedang tersembunyi di sela sayap itu melukaimu…”

“…kuhancurkan tulang-tulangku, tetapi aku tidak membuangnya sampai aku mendengar suara cinta memanggilku dan melihat jiwaku siap untuk berpetualang”

“Tubuh mempunyai keinginan yang tidak kita ketahui. Mereka dipisahkan karena alasan duniawi dan dipisahkan di ujung bumi. Namun jiwa tetap ada di tangan cinta… terus hidup… sampai kematian datang dan menyeret mereka kepada Tuhan…”

“Jangan menangis, Kekasihku… Janganlah menangis dan berbahagialah, karena kita diikat bersama dalam cinta. Hanya dengan cinta yang indah… kita dapat bertahan terhadap derita kemiskinan, pahitnya kesedihan, dan duka perpisahan”


Kalimat yang saya tulis dengan huruf merah kalimat yang paling saya suka dan paling popular. Dulu saya sempat mengira kalimat tersebut milik Sapardi Djoko Damono, ternyata milik Kahlil Gibran.

CINTA YANG AGUNG
Cinta yang agung
Adalah ketika kamu menitikkan air mata

Dan masih peduli terhadapnya

Adalah ketika dia tidak memedulikanmu

Dan kamu masih menunggunya dengan setia


Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain

Dan kamu masih tersenyum sembari berkata,
“Aku turut bahagia untukmu”
Apabila cinta tidak berhasil…BEBASKAN dirimu…

Biarkan hatimu kembali melebarkan sayapnya

Dan terbang ke alam bebas lagi…


Ingatlah …bahwa kamu mungkin menemukan cinta

Dan kehilangannya…

Tapi… ketika cinta itu mati…

Kamu tidak perlu mati bersamanya.

Orang terkuat bukan mereka yang selalu menang…

MELAINKAN mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh.


[Kahlil Gibran]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar