Dirinya tersimpan indah



Jika aku mengharapkan dirinya tidak dipandang oleh perempuan lain, maka aku dahululah yang harus menundukan pandanganku. Menghiasi pribadiku, karena itu adalah tuntutan atas Rabb pemilik diriku. “Hendaklah kita sebenar-benarnya memejamkan mata dan memelihara kemaluan, adalah benar-benar Allah akan menutup matamu.” (HR Thabrany)


Menjadi seorang muslimah adalah bagaimana ia menjadi kain putih. Lalu Allah mencelupnya menjadi warna ketegasan, kesejukan, keceriaan, kelembutan, kebijakan, kebersahajaan, kekritisan, dan kecintaannya pada orang-orang beriman. Pelangi warna-warna inilah yang kelak akan menghiasi langit dakwah. Seperti Umar yang tegas, Abu Bakar yang dermawan, Usman yang pemalu, dan Ali yang pemberani. Mereka beriringan tanpa berselisih, saling melengkapi bukan saling menuding, serta senantiasa berlomba dalam amal kebaikan. Tsibgatallah, waman ahsanu minallahi tsibghah.
Rela aku pendam impian terdalam agar ia tak merampas cintaku padaNya. Memilih calon yang Allah ridhoi jauh lebih penting daripada memilih karena didasarkan pilihan hati kita saja, yang belum tentu Allah ridha terhadapnya. Pria sederhana itulah yang baik, dalam diamnya penuh keimanan. Allah menjadikan kalian cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hati kalian (Al – Hujarat: 7).
Karena cinta merupakan kata kerja maka ia bisa dibangun pada ruang datar sekalipun dan akan tumbuh tepat pada waktunya oleh karunia Illahi. Jatuh cintalah dan cintailah apa-apa yang dicintai Allah untukmu, karena cinta tertinggi adalah kecintaan pada Illahi Robbi. Jika kita telah menempatkan cinta itu dengan semestinya dengan mensucikannya maka jadi sucilah ia. Cinta kepada apa yang diperintahkanNya, memenuhi semua batasanNya maka jadi indahlah ia. Kekuatan cinta yang bermula pada iman, karena imanlah lahir suatu harapan dan persembahannya memiliki darmaga untuk dilabuhkan dalam mahabbah Illahi. Karena imanlah harapan bersemi, kebahagiaan berbunga, keistiqamahan mengakar, dan pengorbanan berbuah manisnya taqwa.
Seseorang takkan memetik cinta hakiki sebelum ia menyemai cinta Rabbnya dan ia takkan menyemai sebelum ia memiliki. Memiliki cintaNya dengan merayuNya di waktu malam dan mengingatNya di kala pagi dan siang.

 “Ya Allah, tolonglah aku untuk dapat mengingatMu, bersyukur kepadaMu, serta beribadah kepadaMu dengan baik.” (HR Abu Dawud)

Titip satu cinta itu ya Allah. Cinta untuk suamiku kelak. Sosok lelaki yang tak pernah ku kenal. Yang hanya ingin ku kenal memalui ketulusan jiwa bukan memalui nafsu mata sesaat. Aku mungkin tak tahu seperti apa aku dalam pandanganmu? Selayak apa aku dalam cinta sucimu? Namun kelak Insyaallah kaulah sahabat hatiku. Allah yang akan menyatukan kita. Semoga kau tetap menjadi sahabat hatiku hingga Allah mempertemukan kita. Allaahumma innii as-aluka hubba man yuhibbuka wal’amalulladzii yuballighunii hubbaka Allaahummaj’al hubbaka ahabba ilayya min nafsii wa ahlii wa minal mail baarid.

Ya Allah jangan Engkau hadirkan dahulu saat ini. Tentulah aku belum sanggup untuk menjadi sosok Fatimah yang layak untuk dicinta seorang Ali bin abi thalib nanti. Jadikan cinta itu begitu berharga dan tersimpan indah suatu saat nanti. Dalam masa penantian ini jagalah cinta kami, agar senantiasa berada di jalanMu yang lurus dan terjaga. Penjarakanlah hati kami dalam kerinduan kasih dan mahabbahMu. Bimbinglah ia hingga dapat menemukanku disini. Insyaallah kelak kami bertemu dalam kekuatan iman, ketaatan dan dekapan ridhoMu. Rabbanaa aamannaa faghfir lanaa warhamnaa wa anta khairur raahimiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar